Room 282 : "Aria's Journal"

Di sini adalah tempatku menuangkan semua pikiranku, baik itu novel, cerpen, maupun tulisan lainnya. Semoga kalian semua terhibur dan senang membaca semua tulisan yang ada di blog ini. Happy reading!

Sekedar Pemberitahuan



Hai semuanya. Bagaimana menurut kalian cerita Farewell Rain dan Hunter Academy~Bloodline yang kutulis dan ku-post di blog ini? Apakah ceritanya seru? Menegangkan? Atau malah membuat berdebar-debar? Apapun perasaan kalian mengenai dua cerita itu, aku berterima kasih karena kalian terus mengikuti cerita-cerita buatanku. (^_^)

Anyway, Putri bakal mem-post cerita Angel’s Lullaby lagi mulai bulan Januari nanti, namun dengan sedikit perubahan. Karena itu, tetap bersabar yang menanti kelanjutan cerita Angel’s Lullaby, ya? Bersama dengan cerita Angel’s Lullaby, Putri berniat mem-post satu cerita lagi. Judulnya ‘Re’. Iya… judulnya Cuma dua huruf, RE. Untuk preview-nya, kalian bisa membacanya di bagian bawah postingan ini. 

Sampaikan semuanya pada Putri lewat akun Facebook pribadi dan fanspage Putri, ya? Kalian juga bisa menyampaikannya dengan memberikan komentar pada postingan Putri kali ini.

Farewell Rain dan Hunter Academy~Bloodline mulai mendekati chapter klimaks! Ikuti terus dua cerita itu di blog ini, ya! Kunjungan kalian ke blog ini, serta komentar, saran, juga kritik yang kalian berikan selalu Putri terima dengan senang hati. Dan bagi yang ingin memposting cerita di blog ini di tempat lain, tolong sertakan juga link atau nama blog Putri, ya?

Happy Reading!
Angelia Putri

Hunter Academy ~ Bloodline - Chapter 13



Hal pertama yang kulakukan ketika melihat ayahku bangkit dari tidurnya adalah… terkejut. Tapi kemudian aku kembali tersadar ketika pelindung tidak terlihat di hadapanku berdengung saat Vanessa kembali menyerang.
Pemuda berambut perak dari dalam peti—ayahku, keluar dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku masih terpana melihat sosok beliau yang ternyata lebih tinggi dari Gabriel. Dengan rambut perak dan mata merah seperti yang kulihat pada bola mata ibuku di dalam video yang kulihat membuat beliau seperti penyihir bermata merah.

Farewell Rain - Chapter 13



Kay sedang asyik melihat bagaimana cara membuat dream-catcher—hiasan yang konon bisa menangkap mimpi-mimpi indah dan menyaring mimpi buruk, ketika dia melihat Reina menuju kearahnya.
“Kamu sudah menentukan pilihanmu?” tanya Kay saat gadis itu sudah berdiri di hadapannya.
“Aku bingung mau memilih apa, semuanya cantik-cantik.” ujar Reina, “Tapi… aku mau coba membuat sendiri. Nyonya Diana akan mengajariku.”

Farewell Rain - Chapter 11



Esok paginya, Kay sudah menunggu di depan pagar rumah Reina dan membuat gadis itu tersenyum lebar.
“Pagi banget. Biasanya kamu nggak pernah bangun pagi sepagi ini.” kata Reina sambil menerima helm yang disodorkan Kay padanya.

Hunter Academy ~ Bloodline - Chapter 11



Video itu sudah berhenti sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi, aku tidak bisa berdiri, atau melakukan apa pun sejak gadis itu, ibuku, menyebutkan nama ayah angkatku sebagai nama dari keturunan orang yang menjadi dalang dari sejarah Shadow dan Hunter. Otakku rasanya beku memikirkannya. Mataku tetap menatap kearah layar monitor, tapi isi pikiranku berkecamuk dan membuat kepalaku terasa sakit.
“Kenapa… kenapa harus dia? Kenapa?” tanyaku pada diri sendiri, “Kenapa harus Ayah? Kena—”

Hunter Academy ~ Bloodline - Chapter 9



Saat dia menggendongku, aku langsung melingkarkan kedua lenganku di lehernya. Sampai sekarang aku masih harus mengakui kalau larinya lebih cepat daripada aku, yang membuatku sedikit frustasi.
Penjagaan di sekitar akademi sangat ketat. Kami nyaris tidak bisa keluar, dan untungnya, Gabriel tahu jalan rahasia lain selain yang kutemukan dulu itu. Ketika kami sudah berada di luar gerbang, aku langsung menyuruhnya menurunkanku.

Farewell Rain - Chapter 9



Kay yakin dia tersedak minumannya ketika Reina mengatakan itu. Dia menatap Reina lekat-lekat dan melihat pipi gadis itu bersemu merah.
“Kenapa kamu meminta itu?” tanya Kay.

Farewell Rain - Chapter 8



“Pindah sekolah?”
Kay dan Reina sama-sama mengutarakan keterkejutan mereka.
“Ya. Tuan Herlangga sudah memilihkan sekolah terbaik di Amerika, dan Anda akan berangkat dalam waktu tiga bulan lagi.” kata Aido, “Sebenarnya saya sudah membicarakan hal ini dengan Tuan Herlangga dan ayah Anda. Saya tahu Anda tidak mungkin pindah sekolah dengan begitu mudahnya, tapi…”

Hunter Academy ~ Bloodline - Chapter 7



“Gabriel… pamanku?”
Aku menatap Gabriel, Ayah, dan pria bernama Scott itu bergantian. Tatapanku kembali pada Gabriel, dan dia kelihatannya sama kagetnya denganku.
“Bagaimana bisa Gabriel menjadi kakak angkat… Mama?” tanyaku lagi, “Dia Shadow, dia—”

Hunter Academy ~ Bloodline - Chapter 6



Aku paling benci dengan kegelapan. Aku benci tempat-tempat gelap, di mana aku merasa mataku buta dan tidak bisa melihat apa pun. Aku tidak tahu kenapa, tapi sejak dulu aku sangat benci tempat-tempat gelap… seperti lorong yang kumasuki sekarang ini.

Farewell Rain - Chapter 5



Reina memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. Dia masih memikirkan kenapa Kay menanyakan pertanyaan seperti itu padanya.
Kamu… apa tidak ingin berpacaran?
Kenapa Kay menanyakan hal seperti itu, ya? Apa dia dipaksa Stevan untuk menanyakan itu padaku? katanya dalam hati. Tapi dia bilang dia sering ditanya penggemarku tentang diriku, dan dia sudah gerah…

Farewell Rain - Chapter 4



Kay dan Reina berangkat bersama seperti biasa. Dan Reina juga bersikap seperti biasanya, berbeda dengan Kay yang kelihatan kacau karena masih setengah sadar dari tidurnya. Bagaimana nggak kacau kalau Reina sudah ‘berpatroli’ di kamarnya dan membangunkannya pagi-pagi.
“Kay, ingat, ya, hari ini kamu harus menemaniku ke ruang kesenian.” Kata Reina.
“Iya… aku tahu.” jawab Kay sambil menguap, “Aku masih mengantuk…”

Hunter Academy ~ Bloodline - Chapter 3



Aku sudah berulang kali mengawasi akademi ini. Akademi para pemburu kami, kaum Shadow. Aku cukup banyak melihat para remaja dilatih di sini. Dan fokusku di sini adalah mengawasi Ilana, gadis yang menjadi target untuk kutemukan, dan kulindungi.
Aku bersandar pada batang pohon di dekat lapangan dengan rumput hijau segar, tempat para murid akademi berkumpul dan berbaris seperti semut yang diperintah. Aku sempat geli melihat hal itu, yang jarang terjadi di tempat tinggalku. Dan… kemudian aku melihatnya. Ilana datang dengan kecepatan yang luar biasa dan membuat rambut hitamnya agak berantakan. Kulihat dia berbicara pada temannya, dan kemudian berteriak-teriak memerintah para murid baru.

Farewell Rain - Chapter 3

 Reina tersenyum lebar sambil memandangi bintang yang menghiasi malam hari ini. Senyum itu bahkan tidak luntur ketika tiba-tiba saja ada awan mendung, dan hujan rintik mulai turun membasahi bumi. She don’t care about that. Dia suka bintang dan hujan, dua keindahan alam yang paling disukainya.

Hunter Academy ~ Bloodline - Chapter 2



Aku memastikan semua murid baru sudah kembali ke asrama mereka, dan aku langung pamit pada yang lain untuk segera beristirahat di kamarku. Mereka memperbolehkanku untuk pulang duluan, karena sebagai ganti keterlambatanku pagi ini, aku bekerja tiga kali lebih keras daripada mereka. Dan sekarang aku merasakan tubuhku remuk semua.
Aku menaiki lift menuju lantai paling atas di gedung asrama kedua, gedung asrama untuk para pengajar di akademi. Dan aku mendapatkan kamar di lantai paling atas. Karena, entah kenapa, aku diperlakukan khusus oleh semua pengajar di akademi ini. Ingat kata-kata Michael tentang surat yang tadi kami diskusikan di gazebo? Ya… kemungkinan besar juga karena itu aku diperlakukan khusus.

Dua Judul Baru Sudah Dipublikasi

Hai, semuanya, apa kabar? Aku harap keadaan kalian baik-baik saja, sehat walafiat tanpa kurang suatu apa pun. =)
Kabarku cukup baik, mengingat sekarang sedang ada kabut asap di kota tempat tinggal Putri, jadi sedikit tidak leluasa untuk keluar, bahkan walau itu hanya untuk sekedar berinternet-ria di akhir pekan. Jadi, mohon maaf karena baru bisa memposting dua judul baru yang sudah dijanjikan. Putri benar-benar minta maaf.
Untuk judul dua cerbung baru yang akan (atau telah?) menghiasi Aria's Journal, judulnya adalah "Farewell Rain" dan "Hunter Academy ~ Bloodline". Hmm... menilik dari judulnya, apakah terdengar menarik? Semoga begitu, karena dua cerita ini masih on going, jadi butuh kesabaran dan kerja ekstra untuk menyelesaikannya di tengah kesibukan Putri sekarang, (^ - ^") Putri juga sedang mengerjakan Angel's Lullaby dan satu lagi judul baru yang semoga akan selesai, walau tidak tahu pasti kapan selesainya. Namun, Putri berencana, akhir tahun ini Angel's Lullaby dan satu judul baru itu akan selesai, jadi bisa diposting di awal tahun baru.
Bila kalian ingin menanyakan perihal semua cerbung yang ada di blog ini, silakan hubungi Putri di akun Facebook dan Twitter Putri. Tapi, mohon maaf karena tidak bisa sering-sering membalas chat di Facebook, ya, soalnya jarang online. Derita mahasiswa, hehehe...
Oke. Sekian dulu dari Putri. Semoga kalian menikmati cerbung di blog ini, ya!

Happy Reading,
Angelia Putri

Hunter Academy ~ Bloodline - Prologue & Chapter 1



~PROLOGUE~

Matanya menatap lurus kearah orang itu. Orang yang selalu dia percayai selama ini. Orang yang menjadi alasan kenapa dia hidup selama ini.
“Aku tidak bisa percaya kamulah orang yang kucari…” katanya, “Kenapa? Kenapa harus kamu!?”
“Aku tidak mungkin memberitahumu yang sebenarnya, dan aku terlalu takut bahwa suatu hari kamu akan membenciku dan menatapku… seperti itu.”

Preview Dua Cerbung Baru

Semuanya, bagaimana cerbung Kimi no Symphony? Menarik? Seru? Apapun pendapat kalian, aku berterima kasih karena kalian menyempatkan di sela-sela waktu kalian untuk membaca postingan cerbungku. (^ ^)

Kimi no Symphony - Chapter 20 & Epilogue



Satu tahun kemudian…
Rion melangkah dengan membawa seikat bunga di tangannya. Bunga mawar putih yang pernah dia berikan pada Keiko sebelum konser setahun yang lalu. Kakinya melangkah menyusuri pemakaman yang sore itu tampak lengang. Angin sepoi berhembus dan membuat rambutnya yang panjang mencapai kerah kemeja hitamnya agak berkibar.
Dari kejauhan, Rion melihat seorang laki-laki dan perempuan sedang duduk bersimpuh di samping sebuah makam. Rion mengenali laki-laki itu adalah Jason, kakak Keiko. Di sebelahnya pastilah tunangan Jason, Miranda.

Kimi no Symphony - Chapter 19



Sudah tiga minggu Keiko berlatih biola bersama Jason, dan permainannya semakin hari semakin bagus. Koridor lantai tiga rumah sakit tempatnya dirawat tidak pernah mengeluhkan suara permainan biola mereka, malahan, ada beberapa pasien yang sengaja datang untuk mendengarkan permainan biola yang menurut mereka bahkan lebih manjur dari obat-obatan itu.
Sudah tiga minggu juga Keiko merekam permainan biolanya dengan Jason. Bagian dari rencana, katanya, ketika ditanya oleh Henny yang kebetulan selalu menemani mereka bermain biola bersama Rion. Perekam suara itu sudah memuat lebih dari 30 lagu yang dimainkan oleh Keiko dan Jason, baik itu lagu buatan Keiko, Jason, atau lagu-lagu klasik yang biasa mereka mainkan dalam konser atau sebagai violinis tamu di berbagai orchestra.

Kimi no Symphony - Chapter 17



Rion merasa seluruh darahnya tersedot keluar ketika menyaksikan sebuah mobil melaju kencang kearah Keiko yang berusaha mengejar syalnya yang diterbangkan angin. Kejadian itu seperti adegan yang diperlambat. Rion merasakan kedua kakinya berlari menghampiri Keiko, berusaha menarik gadis itu ke tepi jalan, namun terlambat.

Kimi no Symphony - Chapter 15



Hari terakhir ujian semester, hanya ada satu mata pelajaran yang diujikan, dan setelahnya semua siswa terbebas dari keharusan menjawab soal-soal atau belajar dengan buku di bawah hidung mereka menghafal rumus-rumus Fisika, Kimia, atau Matematika yang kadang bisa membuat rambut mengalami kebotakan dini.
Keiko dan Henny baru saja kembali dari kantin, membeli sekotak nasi goreng dan sebotol jus jambu. Keiko membeli dua kotak karena dia dan Rion berencana akan piknik di taman bunga akademi.
“Aku boleh ikut? Dulu-dulu aku tidak sempat ke taman itu. Sekarang, aku ingin ke sana. Dan aku berjanji tidak akan mengganggu kalian berdua pacaran dan menjadi obat nyamuk.” Ujar Henny dengan senyum lebar.

Kimi no Symphony - Chapter 12



“Hayo!! Lagi memikirkan apa?”
Rion nyaris meloncat dari tempat duduknya ketika Henny secara tidak berperi-kemanusiaan mengejutkannya dari belakang. Untung saja dia tidak sedang melukis atau sedang menyiramkan alcohol pada hasil lukisan yang gagal dan sedang merenung di kamarnya. Kalau tidak, mungkin dia bakal lebih bete dari sekarang.
“Hei, kamu itu tidak punya kerjaan lain, ya? Bikin kaget orang saja.” gerutu Rion.

Kimi no Symphony - Chapter 10



Hubungan Rion dan Keiko mulai lebih baik daripada yang sudah-sudah setelah kejadian di panti asuhan. Mereka berdua tidak canggung untuk saling menyapa dan kadang-kadang bersama-sama menghabiskan waktu di taman akademi. Hal itu membuat gossip tentang mereka berdua semakin merebak, bahkan ada yang mengatakan kalau mereka sudah berpacaran.
Ketika Henny menanyakan soal gossip itu, Keiko tidak bisa menjawab apa pun dan hanya bisa tersenyum malu. Membuat dugaan itu kian menguat dan Henny lebih sering menggodanya.
“Kalau kamu suka padanya, katakan saja padaku,” kata Henny, “Aku akan membuatnya bertekuk lutut di hadapanmu.”

Kimi no Symphony - chapter 8



Hari Minggu pagi, Rion sudah siap dengan kemeja lengan panjang berwarna hitam dan celana jins. Hari ini, ia dan ibunya akan pergi ke panti asuhan bersama keluarga Henny, merayakan hari ulang tahunnya. Saat dia bangun tidur tadi, ibunya sudah ada di dalam kamarnya bersama para pelayan dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Sebuah tradisi yang selalu ditekankan ibunya untuk dilakukan setiap kali diantara mereka ada yang berulang tahun.
Rion sendiri hanya tersenyum lebar, masih setengah mengantuk saat ia terbangun dengan suara para pelayan menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan ibunya membawa chocolate cake yang dihiasi lilin dengan bentuk angka 19.

Kimi no Symphony - chapter 5



Sudah sebulan Keiko bersekolah di akademi, dan selama itu, dia mendapatkan pengalaman yang menarik. Yah… kalau godaan dan rayuan dari Pak Gunawan yang kebetulan mengajar kelas music, dan tatapan sinis penuh ancaman dari Melissa dan teman-temannya memang sering dia rasakan. Tapi, Keiko tidak pernah ambil pusing. Dia lebih sering mengajak bicara Henny dan teman-temannya yang lain, sambil sesekali membantu mereka memahami pelajaran yang tidak mereka mengerti. Rupanya otak Keiko encer juga. Dia bahkan bisa menjawab soal matematika yang menurut teman-temannya bagai peringatan untuk segera dihukum mati (eh?).

Kimi no Symphony - Chapter 2



Gadis itu melangkah kearah mereka sambil tersenyum lebar. Rambutnya yang panjang sepunggung dan berwarna coklat dibiarkan tergerai dan hanya ditutupi oleh sebuah topi lebar. Tubuhnya yang tinggi langsing dibalut dress berwarna hijau pastel yang kelihatan serasi dengan kulitnya yang putih. Matanya tertutup oleh kacamata hitam, dan sepertinya, gadis itu tidak ambil pusing kalau dia menjadi pusat perhatian para penumpang di bandara yang sedang menatap kearahnya. Tangannya mendorong sebuah troli barang yang memuat tiga koper besar berwarna biru tua, serta satu kotak biola.

New Story : Kimi no Symphony - Prologue & Chapter 1

Oke... ini cerbung baru yang prolog dan bab pertamanya sudah ku-upload di Facebook. Di sini, aku juga akan memposting cerbung ini sebisaku ^_^) (berhubung aku tidak punya koneksi internet di rumah, jadi harus keluar atau pergi ke tempat yang ada Wifi-nya...)
Anyway, cerbung ini kuselesaikan dalam waktu 8 hari. Iya... Delapan hari sebelum lebaran kemarin, tepat pada malam hari tanggal 16 Juli 2015, cerbung ini kuselesaikan --dengan wajah kucel dan mata mengantuk lantaran begadang selama hampir seminggu penuh. Tapi, aku senang cerbung ini selesai tanpa hambatan apapun.

Mengenai Nama Pena dan Akun Social Media yang Aktif

Hai, semuanya =)
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, ya, kenapa nama pena di setiap karyaku selalu berbeda-beda?

Hehehe... karena dulu itu, aku suka gonta-ganti nama. Mulai dari nama yang paling ribet, sampai yang paling simpel. Tapi, sekarang nggak lagi, kok. Dan kalau kalian menyadari, di setiap nama pena yang kugunakan untuk menulis pasti ada kata 'angel', iya, kan?

Nah, biar kalian nggak bingung nantinya, akan kuberitahu...
Pemilik nama pena Angelia Putri, Yuri Angelia, Kisuna Angelia, atau Angelina Farron adalah aku (^_^). Jadi, kalau kalian bingung nama pena mana yang kupilih, aku akan memakai nama 'Angelia Putri' untuk setiap karyaku mulai saat ini, dan nama 'Yuri Angelia' kugunakan sebagai nama akun social media =).

Tapi, untuk karya yang sudah terlanjur ku-posting di blog (atau disebarkan oleh para pembaca yang baik hati ke berbagai media lainnya dengan mencantumkan nama pengarang dan dari mana mereka mendapatkan karya tersebut) dan masih menggunakan nama pena yang lama, tidak perlu kalian permasalahkan, karena yang membuat tetap orang yang sama, yaitu aku.

Ini link akun social media-ku yang aktif. Memang hanya ada dua, tapi jangan menilai dari sedikit banyaknya akun social media, ya.
*Facebook (Personal) : link here 
*Facebook (Fans Page) :link here
*Twitter      : link here
*BBM        : 5F7697F3 (namanya : Putri Kurniawati, ya!)

Oh ya, kalau kalian ingin mengirimkan komentar, saran, atau apapun yang ada dalam pikiran kalian, silakan invite akun BBM Putri atau kirim saja lewat fans page Putri ya, ^^

Untuk men-download semua cerbung yang sudah selesai atau tamat di blog ini, kalian bisa meng-klik di sini
Finally, terima kasih pada para pembaca yang membaca karyaku dan menyempatkan diri untuk membuka blog ini. Terima kasih kuucapkan pada kalian semua.


Happy reading,

Angelia Putri

Angel's Lullaby Chapter 6



Duduk berdua dengan Haruto membuat Arisa sedikit gugup dan salah tingkah. Walau ibunya menyetir di kursi depan, tetap saja, Arisa merasa seperti… entahlah. Dia sulit menjelaskannya.
Apalagi posisinya yang sekarang sedang menyandarkan kepala di bahu Haruto. Arisa yakin, wajahnya akan memerah (atau sudah memerah?) seperti tomat rebus.
“Beristirahatlah,” kata Haruto sambil mengelus rambutnya. “Kalau sudah sampai, aku akan membangunkanmu.”
Sayangnya Arisa sedang tidak ingin beristirahat, apalagi dengan posisinya yang seperti ini.

Angel's Lullaby Chapter 5



“Yak, kurasa aku sudah menekankan pada kalian bahwa sampel rekaman untuk lagu baru kalian benar-benar memuaskan.” Kata Haruto, “Persiapan untuk membuat video music dan juga yang lainnya akan diatur oleh bawahanku yang lain. Kalian tinggal menanyakan dan menjalaninya dengan semaksimal mungkin.”

Angel's Lullaby Chapter 4



Sampai sore, kedua orangtua Arisa belum juga pulang. Dan Haruto harus pamit karena Liam sudah meneleponnya beberapa kali menanyakan di mana keberadaannya. Haruto sedikit menyesal karena tidak bisa berbicara dengan orangtua Arisa mengenai keinginannya mengajak Arisa bergabung di bawah naungan perusahaannya dan berjanji pada Arisa untuk kembali lagi besok.
Bagi Arisa sendiri, kepergian Haruto sedikit melegakannya. Setidaknya, dia tidak perlu mendengar ayahnya menatapnya curiga ketika Haruto ada di rumah dan ingin menawarkan dirinya menjadi penyanyi. Bagi Arisa… itu bagaikan sebuah hukuman mati.

Angel's Lullaby Chapter 3



Arisa dibanjiri pertanyaan oleh teman-temannya ketika jam istirahat makan siang tiba. Dia hanya menanggapi setiap pertanyaan teman-temannya dengan senyum tipis. Namun, tidak urung dia juga merasa kelelahan harus tersenyum tanpa menjawab.
Bukannya Arisa tidak mau menjawab, tapi dia merasa pembicaraan tadi cukup dirinya dan Haruto yang tahu. Tidak perlu orang lain yang tahu selain mereka.

Angel's Lullaby Chapter 2



Haruto Kirishima, lagi dan lagi… kenapa nama orang itu harus disebut sebanyak yang tidak ingin didengar oleh telinga Arisa?
Dia tentu saja jengkel. Apalagi kalau masalah hobinya yang segunung itu dikaitkan dengan dunia entertainment. Arisa bukannya tidak suka, tapi dia tidak mau terlibat dalam segala hal yang berbau dunia blitz dan tetek-bengek mengenai menjadi sempurna di layar TV.