Room 282 : "Aria's Journal"

Di sini adalah tempatku menuangkan semua pikiranku, baik itu novel, cerpen, maupun tulisan lainnya. Semoga kalian semua terhibur dan senang membaca semua tulisan yang ada di blog ini. Happy reading!

Sekedar Pemberitahuan



Hai semuanya. Bagaimana menurut kalian cerita Farewell Rain dan Hunter Academy~Bloodline yang kutulis dan ku-post di blog ini? Apakah ceritanya seru? Menegangkan? Atau malah membuat berdebar-debar? Apapun perasaan kalian mengenai dua cerita itu, aku berterima kasih karena kalian terus mengikuti cerita-cerita buatanku. (^_^)

Anyway, Putri bakal mem-post cerita Angel’s Lullaby lagi mulai bulan Januari nanti, namun dengan sedikit perubahan. Karena itu, tetap bersabar yang menanti kelanjutan cerita Angel’s Lullaby, ya? Bersama dengan cerita Angel’s Lullaby, Putri berniat mem-post satu cerita lagi. Judulnya ‘Re’. Iya… judulnya Cuma dua huruf, RE. Untuk preview-nya, kalian bisa membacanya di bagian bawah postingan ini. 

Sampaikan semuanya pada Putri lewat akun Facebook pribadi dan fanspage Putri, ya? Kalian juga bisa menyampaikannya dengan memberikan komentar pada postingan Putri kali ini.

Farewell Rain dan Hunter Academy~Bloodline mulai mendekati chapter klimaks! Ikuti terus dua cerita itu di blog ini, ya! Kunjungan kalian ke blog ini, serta komentar, saran, juga kritik yang kalian berikan selalu Putri terima dengan senang hati. Dan bagi yang ingin memposting cerita di blog ini di tempat lain, tolong sertakan juga link atau nama blog Putri, ya?

Happy Reading!
Angelia Putri



 Preview RE

Aku takut… aku takut tidak bisa menemukanmu…
Hei, di mana sebenarnya kamu bersembunyi?
Aku takut, tanpa arah… aku tak bisa menemukanmu…
Tolong, beritahu aku, di mana kamu bersembunyi…
Aku… ingin bertemu denganmu…
Aku takut… aku takut semua ini tidak akan berakhir…
Aku takut aku tidak punya hati lagi…
Karena itu, kumohon cepat temukan aku…
Sebelum aku melenyapkan segala hal yang kusayangi,
Termasuk dirimu… dan juga diriku sendiri


Runa’s Side
Kepalaku sakit, dan nafasku terputus-putus. Pengaruh dari obat anti sakit yang disuntikkan ke tubuhku mulai berkurang. Dan aku mulai merasakan rasa sakit yang menjalar di bahu kanan dan juga perutku.
“Uhuk!”
Aku terbatuk dan terjatuh ke tanah. Kutatap tanganku yang kini bernoda darah dan merasakan kesadaranku mulai hilang.
Sial. Aku tidak mungkin bisa kembali ke tempat itu dengan kondisi seperti ini. Efek samping dari obat yang disuntikkan ke tubuhku, luka di bahu kanan dan perutku, serta kelelahan yang tiba-tiba menggelayuti tubuhku mulai membuatku lemah.
“Setidaknya… aku berhasil membunuh…” kataku sambil mencoba berdiri.
Namun, ketika aku hendak berdiri, telingaku yang terlatih mendengar sebuah suara langkah kaki yang mendekat. Kontan, aku langsung waspada dan meraih pistolku. Aku berdiam di tempatku dan menunggu pemilik suara langkah itu lebih dekat.
Well… aku bisa melenyapkan satu nyawa lagi untuk malam ini. Dan itu akan menambah daftar panjang korban yang sudah tercatat di dalam benakku.
Suara gemerisik rumput membuatku semakin waspada. Dan ketika aku merasakan kehadiran seseorang di dekatku, aku langsung berbalik dan mengacungkan pistolku, bersamaan dengan seseorang yang mendekat kearahku.
Dalam kegelapan malam, aku bisa melihat dengan jelas siapa yang berdiri di depanku. Dia laki-laki, memakai celana jins dan juga jaket berwarna coklat tua. Di pinggangnya tersampir sebuah katana sepertiku, dan tangannya mengacungkan pistol, seperti yang kulakukan.
Namun, yang menarik perhatianku adalah rambutnya. Rambutnya berwarna keperakan, dan tampak bersinar terkena sinar bulan yang mencoba mengintip dari balik awan hitam pertanda hujan akan turun. Matanya berwarna biru dan menatapku dengan ekspresi… terkejut?
“Kau…”
Tiba-tiba sebuah kilas balik menghantam otakku dengan amat keras. Aku meringis kesakitan dan berusaha tetap focus.
Dalam otakku, aku melihat seorang anak laki-laki tengah mengejarku sambil tertawa. Aku tidak bisa mengingat wajahnya dengan jelas, namun aku merasakan perasaan rindu lagi-lagi menyeruak begitu keras dalam benakku.
Sial. Kenapa aku harus mendapatkan kilas balik seperti itu di saat seperti ini?
“Aaarggh!!”
Kepalaku terasa sangat sakit. Dan aku berusaha menggapai sesuatu untuk meredakan rasa sakit ini. Lalu, aku merasakan kehangatan aneh membungkus tanganku dan aku mendongak. Kulihat laki-laki berambut perak itu kini menatapku khawatir dan tangannya menggenggam tanganku.
“Hei, kamu… tidak apa-apa?” tanyanya.
Aku tidak sempat menjawab karena kesadaranku direnggut oleh kegelapan dengan sangat cepat.

***

Rei’s Side
Ketika aku masuk ke dalam hutan, aku bisa merasakan kehadiran seseorang di sana. Aku berpikir kalau itu benar Claydoll, seperti dugaanku. Aku mempercepat lariku dan menggenggam pistol di tanganku. Jika benar Claydoll milik Clematis masih ada di sini, aku akan membunuhnya dengan cepat.
Aku menyeruak dari balik semak-semak tinggi dan langsung mengacungkan pistolku kearah seorang gadis yang tengah terduduk di atas rumput dan memegang pistol seperti yang kulakukan…
Tunggu. Seorang gadis?
Aku menatap siluet gadis yang terduduk di hadapanku lekat-lekat dan melihat sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Tangan kanannya tampak terkulai di sisi tubuhnya, dan tubuhnya… tunggu. Apakah itu darah yang kulihat di perutnya?
Apa dia salah satu korban yang berhasil selamat dari pembantaian di mansion Handerson? Pakaian gadis itu tampak seperti pakaian penjaga yang biasa ditempatkan di mansion-mansion orang-orang berpengaruh di Distrik Tiga. Kalau dia benar korban yang selamat, itu artinya Claydoll yang kali ini dikirimkan oleh Clematis cukup bodoh untuk meninggalkan satu saksi mata.
Gadis itu menatapku balik, dengan tatapan terkejut. Kelihatannya dia terkejut dengan penampilanku yang tampak… biasa. Mungkin dia tidak tahu kalau aku adalah seorang anggota Raven?
“Kau…” suaranya terdengar gemetar. Dan aku ingin bertanya kenapa suaranya terdengar seperti itu ketika dia berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya.
“Aaarggh!!”
Pistol di tangannya terjatuh di sisi tubuhnya dan dia mengangkat tangannya, seperti berusaha menggapai sesuatu.
Aku langsung menghampirinya dan menggenggam tangannya. Tubuhnya tampak menegang dan dia mendongak menatapku, dan aku bisa melihat mata ungunya menatapku ketakutan, dan kesakitan.
“Hei, kamu… tidak apa-apa?” tanyaku.
Dia membuka mulutnya hendak menjawab, tapi kemudian kedua matanya menutup dan kepalanya terkulai lemas di tubuhku.
“O, oi!”
Aku memeriksa denyut nadinya dan merasakan masih ada gerakan, walau lemah. Aku menyibak rambut yang menutupi wajahnya dan melihat dahinya mengeluarkan keringat dingin. Kuperiksa seluruh tubuhnya dan menyadari selain darah yang keluar dari luka yang ada di perutnya, bahu kanannya juga terluka. Dan dia kelihatannya kehilangan cukup banyak darah.
“Gawat.” Umpatku.
Aku segera menggendongnya dan melihat wajahnya yang kian memucat. Sial. Dia pasti benar-benar kehilangan banyak darah. Dan itu artinya, nyawanya dalam bahaya. Aku tidak mungkin membiarkan satu saja saksi mata yang selamat dari pembantaian di mansion mati begitu saja.
Dengan sebelah tangan, aku mengambil earphone yang semula kuletakkan di saku jaketku dan menghubungi tim evakuasi yang kemungkinan masih berada di mansion.
Ya. Tim evakuasi di sini, Tuan Kujo.
“Aku menemukan satu korban selamat dan dia terluka parah. Aku akan segera membawanya ke rumah sakit. Kalian tetaplah dengan pekerjaan kalian, dan laporkan padaku kalau sudah selesai.”
Baik, Tuan Kujo.
Aku melepas earphone itu dan kembali menaruhnya di dalam saku jaketku.
Gadis yang berada dalam gendonganku menggigil dan keningnya berkerut samar. Bibirnya bergerak-gerak dan menggumamkan sesuatu nyaris seperti bisikan. Aku mendekatkan telingaku untuk mendengarkan apa yang digumamkannya, dan terbelalak kaget ketika dia menggumamkan satu kata.
“Rei…”
Darimana dia tahu namaku?

2 komentar:

bagus crtny di lnjt trz smp end y,q jg pnysrn bgt sm angel lullby ap yg trdj d msallu dgn arisa smp trauma bgt.

 

lnjut terus ya kak... aku selalu nunggu karya kakak loh... Semangat kak...!!!!! ^^

 

Posting Komentar