Hai
semuanya. Bagaimana menurut kalian cerita Farewell Rain dan Hunter
Academy~Bloodline yang kutulis dan ku-post
di blog ini? Apakah ceritanya seru? Menegangkan? Atau malah membuat
berdebar-debar? Apapun perasaan kalian mengenai dua cerita itu, aku berterima
kasih karena kalian terus mengikuti cerita-cerita buatanku. (^_^)
Anyway,
Putri bakal mem-post cerita Angel’s
Lullaby lagi mulai bulan Januari nanti, namun dengan sedikit perubahan. Karena
itu, tetap bersabar yang menanti kelanjutan cerita Angel’s Lullaby, ya? Bersama
dengan cerita Angel’s Lullaby, Putri berniat mem-post satu cerita lagi. Judulnya ‘Re’. Iya… judulnya Cuma dua huruf,
RE. Untuk preview-nya, kalian bisa
membacanya di bagian bawah postingan ini.
Sampaikan
semuanya pada Putri lewat akun Facebook pribadi dan fanspage Putri, ya? Kalian
juga bisa menyampaikannya dengan memberikan komentar pada postingan Putri kali
ini.
Farewell
Rain dan Hunter Academy~Bloodline mulai mendekati chapter klimaks! Ikuti terus
dua cerita itu di blog ini, ya! Kunjungan kalian ke blog ini, serta komentar,
saran, juga kritik yang kalian berikan selalu Putri terima dengan senang hati.
Dan bagi yang ingin memposting cerita di blog ini di tempat lain, tolong
sertakan juga link atau nama blog Putri, ya?
Happy
Reading!
Angelia
Putri
Preview RE
Aku takut… aku takut tidak
bisa menemukanmu…
Hei, di mana sebenarnya kamu
bersembunyi?
Aku takut, tanpa arah… aku tak
bisa menemukanmu…
Tolong, beritahu aku, di mana
kamu bersembunyi…
Aku… ingin
bertemu denganmu…
Aku takut… aku takut semua ini
tidak akan berakhir…
Aku takut aku tidak punya hati
lagi…
Karena itu, kumohon cepat
temukan aku…
Sebelum aku melenyapkan segala
hal yang kusayangi,
Termasuk dirimu… dan juga
diriku sendiri
Runa’s Side
Kepalaku
sakit, dan nafasku terputus-putus. Pengaruh dari obat anti sakit yang
disuntikkan ke tubuhku mulai berkurang. Dan aku mulai merasakan rasa sakit yang
menjalar di bahu kanan dan juga perutku.
“Uhuk!”
Aku terbatuk dan terjatuh ke tanah. Kutatap
tanganku yang kini bernoda darah dan merasakan kesadaranku mulai hilang.
Sial. Aku tidak mungkin bisa kembali ke tempat
itu dengan kondisi seperti ini. Efek samping dari obat yang disuntikkan ke
tubuhku, luka di bahu kanan dan perutku, serta kelelahan yang tiba-tiba
menggelayuti tubuhku mulai membuatku lemah.
“Setidaknya… aku berhasil membunuh…” kataku
sambil mencoba berdiri.
Namun, ketika aku hendak berdiri, telingaku
yang terlatih mendengar sebuah suara langkah kaki yang mendekat. Kontan, aku
langsung waspada dan meraih pistolku. Aku berdiam di tempatku dan menunggu
pemilik suara langkah itu lebih dekat.
Well… aku bisa melenyapkan satu nyawa lagi untuk
malam ini. Dan itu akan menambah daftar panjang korban yang sudah tercatat di
dalam benakku.
Suara gemerisik rumput membuatku semakin
waspada. Dan ketika aku merasakan kehadiran seseorang di dekatku, aku langsung
berbalik dan mengacungkan pistolku, bersamaan dengan seseorang yang mendekat
kearahku.
Dalam kegelapan malam, aku bisa melihat dengan
jelas siapa yang berdiri di depanku. Dia laki-laki, memakai celana jins dan
juga jaket berwarna coklat tua. Di pinggangnya tersampir sebuah katana
sepertiku, dan tangannya mengacungkan pistol, seperti yang kulakukan.
Namun, yang menarik perhatianku adalah
rambutnya. Rambutnya berwarna keperakan, dan tampak bersinar terkena sinar
bulan yang mencoba mengintip dari balik awan hitam pertanda hujan akan turun.
Matanya berwarna biru dan menatapku dengan ekspresi… terkejut?
“Kau…”
Tiba-tiba sebuah kilas balik menghantam otakku
dengan amat keras. Aku meringis kesakitan dan berusaha tetap focus.
Dalam otakku, aku melihat seorang anak
laki-laki tengah mengejarku sambil tertawa. Aku tidak bisa mengingat wajahnya
dengan jelas, namun aku merasakan perasaan rindu lagi-lagi menyeruak begitu
keras dalam benakku.
Sial. Kenapa aku harus mendapatkan kilas balik
seperti itu di saat seperti ini?
“Aaarggh!!”
Kepalaku terasa sangat sakit. Dan aku berusaha
menggapai sesuatu untuk meredakan rasa sakit ini. Lalu, aku merasakan
kehangatan aneh membungkus tanganku dan aku mendongak. Kulihat laki-laki
berambut perak itu kini menatapku khawatir dan tangannya menggenggam tanganku.
“Hei, kamu… tidak apa-apa?” tanyanya.
Aku tidak sempat menjawab karena kesadaranku
direnggut oleh kegelapan dengan sangat cepat.
***
Rei’s Side
Ketika
aku masuk ke dalam hutan, aku bisa merasakan kehadiran seseorang di sana. Aku
berpikir kalau itu benar Claydoll,
seperti dugaanku. Aku mempercepat lariku dan menggenggam pistol di tanganku.
Jika benar Claydoll milik Clematis
masih ada di sini, aku akan membunuhnya dengan cepat.
Aku menyeruak dari balik semak-semak tinggi dan
langsung mengacungkan pistolku kearah seorang gadis yang tengah terduduk di atas
rumput dan memegang pistol seperti yang kulakukan…
Tunggu. Seorang gadis?
Aku menatap siluet gadis yang terduduk di
hadapanku lekat-lekat dan melihat sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
Tangan kanannya tampak terkulai di sisi tubuhnya, dan tubuhnya… tunggu. Apakah
itu darah yang kulihat di perutnya?
Apa dia salah satu korban yang berhasil selamat
dari pembantaian di mansion Handerson? Pakaian gadis itu tampak seperti pakaian
penjaga yang biasa ditempatkan di mansion-mansion orang-orang berpengaruh di
Distrik Tiga. Kalau dia benar korban yang selamat, itu artinya Claydoll yang kali ini dikirimkan oleh
Clematis cukup bodoh untuk meninggalkan satu saksi mata.
Gadis itu menatapku balik, dengan tatapan
terkejut. Kelihatannya dia terkejut dengan penampilanku yang tampak… biasa.
Mungkin dia tidak tahu kalau aku adalah seorang anggota Raven?
“Kau…” suaranya terdengar gemetar. Dan aku
ingin bertanya kenapa suaranya terdengar seperti itu ketika dia berteriak
kesakitan sambil memegangi kepalanya.
“Aaarggh!!”
Pistol di tangannya terjatuh di sisi tubuhnya
dan dia mengangkat tangannya, seperti berusaha menggapai sesuatu.
Aku langsung menghampirinya dan menggenggam
tangannya. Tubuhnya tampak menegang dan dia mendongak menatapku, dan aku bisa
melihat mata ungunya menatapku ketakutan, dan kesakitan.
“Hei, kamu… tidak apa-apa?” tanyaku.
Dia membuka mulutnya hendak menjawab, tapi
kemudian kedua matanya menutup dan kepalanya terkulai lemas di tubuhku.
“O, oi!”
Aku memeriksa denyut nadinya dan merasakan
masih ada gerakan, walau lemah. Aku menyibak rambut yang menutupi wajahnya dan
melihat dahinya mengeluarkan keringat dingin. Kuperiksa seluruh tubuhnya dan
menyadari selain darah yang keluar dari luka yang ada di perutnya, bahu
kanannya juga terluka. Dan dia kelihatannya kehilangan cukup banyak darah.
“Gawat.” Umpatku.
Aku segera menggendongnya dan melihat wajahnya
yang kian memucat. Sial. Dia pasti benar-benar kehilangan banyak darah. Dan itu
artinya, nyawanya dalam bahaya. Aku tidak mungkin membiarkan satu saja saksi
mata yang selamat dari pembantaian di mansion mati begitu saja.
Dengan sebelah tangan, aku mengambil earphone yang semula kuletakkan di saku
jaketku dan menghubungi tim evakuasi yang kemungkinan masih berada di mansion.
“Ya. Tim
evakuasi di sini, Tuan Kujo.”
“Aku menemukan satu korban selamat dan dia
terluka parah. Aku akan segera membawanya ke rumah sakit. Kalian tetaplah
dengan pekerjaan kalian, dan laporkan padaku kalau sudah selesai.”
“Baik,
Tuan Kujo.”
Aku melepas earphone
itu dan kembali menaruhnya di dalam saku jaketku.
Gadis yang berada dalam gendonganku menggigil
dan keningnya berkerut samar. Bibirnya bergerak-gerak dan menggumamkan sesuatu
nyaris seperti bisikan. Aku mendekatkan telingaku untuk mendengarkan apa yang
digumamkannya, dan terbelalak kaget ketika dia menggumamkan satu kata.
“Rei…”
Darimana dia tahu namaku?
2 komentar:
bagus crtny di lnjt trz smp end y,q jg pnysrn bgt sm angel lullby ap yg trdj d msallu dgn arisa smp trauma bgt.
lnjut terus ya kak... aku selalu nunggu karya kakak loh... Semangat kak...!!!!! ^^
Posting Komentar