Lima menit belum berlalu, tapi entah kenapa dia
merasakan sesuatu. Selama Minato dan Neo bertarung, Sakura menggunakan
kesempatan itu untuk melihat keadaan. Dia memang tidak melihat ada yang aneh,
tapi dia tahu, sesuatu yang buruk akan terjadi.
Tapi
apa? Apa Manami?
Sakura menggenggam pisau pendek
yang diberikan Minato tadi dan menatap tiga permata keemasan yang menghiasi
gagangnya. Permata itu tampak bersinar lemah, tapi Sakura tahu permata ini
sedang memberitahu sesuatu…
Memberitahu apa, Sakura tidak tahu.
Tapi pasti ada hubungannya dengan perasaannya yang tidak enak.
Matanya melihat Minato dan Neo yang
bertarung satu sama lain. Dia tahu dia tidak diperbolehkan menghentikan
pertarungan yang ada di hadapannya ini, tapi entah kenapa ada sesuatu yang
mengatakan kalau dia harus menghentikan mereka…
… sebelum semuanya terlambat.
“Kamu tidak akan berusaha untuk
membantunya, kan?
Sebuah suara tiba-tiba terdengar di
dekat telinganya dan membuatnya menoleh.
Seorang laki-laki berdiri di
sampingnya sambil melipat tangan di depan dada. Rambutnya berwarna keemasan dan
panjangnya mencapai kerah pakaiannya yang berwarna coklat gelap. Walaupun
penampilannya tampak biasa, tapi Sakura merasakan aura yang berbeda dari yang
lain pada pria itu.
“Kau…” Sakura mengerutkan kening.
“Kamu tidak akan membantunya? Kekasihmu
itu?” tanya laki-laki itu lagi. “Tatakatta
ini sulit. Aku pernah mendengar kalau anggota Phoenix yang bernama Neo itu
adalah yang terkuat di dalam kelompoknya.”
“Sepertinya kamu tahu tentangnya
ya?” balas Sakura.
“Pelajarilah musuhmu sebelum
menghadapinya.” Kata laki-laki itu sambil tersenyum lebar, “Aku mengenalnya,
karena itulah aku tahu tentang dia.”
“Oh…” Sakura manggut-manggut.
“Tapi,” laki-laki itu berbicara
lagi, “Kekasihmu tidak akan kalah. Kudengar dia adalah satu-satunya anggota
kelompok dari Blue Phoenix yang tersisa kan? Keturunan langsung dari Senshu pertama, Kurogane Kouji.”
Ucapan itu membuat Sakura kembali
menoleh kearah laki-laki itu dengan mata terbelalak. Laki-laki itu sendiri
menatapnya sambil tersenyum.
“Bagaimana… kau tahu?” tanya Sakura,
“Kau siapa?”
“Hm? Aku—”
Bunyi besi yang bergesekan dengan
keras menyela ucapan Sakura. Dia menoleh dan melihat Minato membuat Neo
tersudut.
Neo menatap Minato dengan mata
disipitkan. Dia masih tidak percaya dia kalah dari Minato.
“Sepertinya aku yang akan menang.” Kata
Minato, “Apa kamu punya pesan terakhir?”
“Aku tidak akan membiarkanmu menang
dengan mudah, Minato, kau tahu itu.” balas Neo.
“Katakan itu ketika kamu tidak terluka.
Lihat saja sendiri badanmu yang penuh luka itu.”
Neo benci dengan ucapan Minato. Entah
kenapa dia merasa Minato jauh berbeda dari Minato yang dulu dikenalnya. Tatapannya
kemudian beralih pada Sakura yang berdiri di belakang Minato. Gadis Miko itu tampak
diam dan tidak bergerak menatap pertarungan mereka.
Ini
semua gara-gara Miko sialan itu!
kata Neo dalam hati.
“Bagaimana, Neo? Kata terakhir?” kata
Minato.
“Aku sudah bilang aku tidak akan membiarkanmu
menang dengan mudah, kan?” Neo membalas, “Dan aku akan membuktikannya. Aku akan
membunuhmu, lalu gadis Miko itu.”
“Dan hal itu juga tidak akan kubiarkan
terjadi.” kata Minato sambil mengacungkan senjatanya.
Tepat ketika sebuah suara jeritan terdengar
oleh mereka berdua.
0 komentar:
Posting Komentar