Room 282 : "Aria's Journal"

Di sini adalah tempatku menuangkan semua pikiranku, baik itu novel, cerpen, maupun tulisan lainnya. Semoga kalian semua terhibur dan senang membaca semua tulisan yang ada di blog ini. Happy reading!

RE Part 2 - Chapter 15



Leia’s Side
“Kenapa kau ada di sini?” tanyaku.
Yuzuki, pria yang dikenal orang-orang sebagai salah satu dari Dua Ilmuwan Gila itu, berdiri di hadapan kami dengan pakaian khas ilmuwan, jas putih panjang. Dia menatap kearah kami dengan kening berkerut, namun bibirnya menyunggingkan senyum yang mengerikan.

“Kenapa? Tentu saja untuk menguji coba percobaan baruku.” Katanya, “Apa kalian tidak melihat inkubator ini?”
Aku melihat inkubator di sebelahnya, “Apa itu?”
“Percobaan baruku, tentu saja. Aku mendapatkannya sudah sejak lama, tapi baru kali ini aku bisa menguji cobanya, berkat bantuan Diva.”
“Kau bekerja sama dengan Diva?” tanya Alice. “Sudah kuduga percobaanmu waktu itu sedikit mirip dengan metode yang dilakukan Clematis. Rupanya kalian berdua bekerja sama…”
“Aku memang bekerja sama dengannya, tapi tidak sepenuhnya aku terikat dengannya.” Kata Yuzuki, “Percobaan kali ini murni aku yang melakukannya. Diva hanya membantuku memberikan tempat untuk melakukan percobaanku saja.”
“Apa yang sedang kau rencanakan, Yuzuki? Apa masih belum cukup kau kehilangan izin praktekmu di markas dan menjadi orang buangan selama dua tahun?”
“Hmm… kurasa aku tidak mempermasalahkan masalah itu sekarang ini.” ujar Yuzuki, “Tapi, apa kalian tidak melihat ini semua? Terutama ini!”
Yuzuki menunjuk inkubator di sebelahnya, “Ini adalah penemuan paling besar yang akan membuatku dikenal di seluruh Edenia sebagai ilmuwan terbaik diantara yang terbaik! Aku tidak akan memerlukan izin darimu lagi ketika aku memperlihatkan percobaan ini ke semua orang.”
“Apa yang ada di dalam inkubator itu, Yuzuki? Apa adikmu juga tahu tentang hal ini?” tanyaku.
“Mizuki tidak mengetahui percobaanku ini, dan aku tidak berniat memberitahunya.” Kata Yuzuki, “Adikku itu cenderung kolot pada sesuatu yang baru, walau dia masih muda, tapi pikirannya benar-benar seperti orangtua.”
“Dan, apa kalian tidak bisa melihatnya dengan jelas apa isi inkubator ini? Ayolah… kalian pasti tahu ini!”
Aku menatap lekat-lekat inkubator itu dan samar-samar melihat sekelebat rambut sewarna kayu mahoni, sepasang mata yang terpejam, dan…
“Oh, tidak… itu…”
“… Hanamura Fuyuki. Ibuku.” Kata Alice dengan suara yang agak bergetar, “Hanazaki, beraninya kau!!”
Ya. Yang ada di dalam inkubator itu sudah tentu si cloning nomor Sembilan, Hanamura Fuyuki, orang yang dicari Diva selama ini.
Yuzuki tertawa melihat ekspresi marah yang ditunjukkan Alice. Dia benar-benar tidak tahu malu rupanya.
“Tidak perlu marah, Komandan. Aku hanya meminjam tubuh ibumu sebentar, dan setelahnya, aku akan mengembalikannya secara utuh.” Kata Yuzuki. “Sebelum aku lupa, aku akan menunjukkan sesuatu pada kalian.”
Yuzuki berjalan ke salah satu tabung nuklir dan mengambil sesuatu dari sana. Ketika kembali, dia membawa sebuah kotak berwarna hitam.
“Aku yakin kalian sedang mencari ini.” katanya sambil membuka kotak itu dan memperlihatkan delapan kalung yang kami cari, “Dan aku juga yakin, kalian ingin aku menyerahkan benda ini pada kalian, kan?”
“Kau bisa menebaknya.” Kataku, “Berikan semua kalung itu pada kami, Yuzuki.”
“Jika aku tidak mau? Ayolah… rencana meledakkan Edenia itu luar biasa. Aku bahkan ingin sekali melihat kota ini hancur lebur, dan tidak bersisa sama sekali.”
“Kau sakit, Yuzuki. Sangat sakit.”
“Terserah kalian ingin menyebutku apa. Tapi aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangiku untuk meneruskan percobaan ini. Aku sudah menunggu lama untuk kesempatan ini dan tidak akan kusia-siakan.”
“Kalau kau berani melakukannya, kau harus menghadapi kami dulu.” Kata Alice, “Aku tidak akan membiarkanmu mengutak-atik tubuh ibuku lebih jauh lagi. Dan juga, kau tidak bersenjata, itu malah membuatmu berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, kan?”
“Siapa bilang aku tidak memiliki senjata?”
Yuzuki menjentikkan jarinya dan dari berbagai arah muncul sosok berpakaian serba hitam dan memiliki ekspresi wajah datar dan… tunggu dulu.
Mereka robot?
“Mereka robot.” Kataku, “Kau yang membuat mereka semua?”
“Tentu. Aku sudah membuat mereka sejak Komandan mencabut izin dokterku. Dan kalian tahu, aku benar-benar berterima kasih karena dia melakukan hal itu padaku sehingga aku bisa memiliki waktu luang untuk membuat dan meningkatkan kemampuan mereka.”
Aku meneliti keadaan di sekitarku, dan aku tahu keadaan kami tidak menguntungkan. Jumlah robot ini cukup banyak, dan walau mereka hanya benda mati yang dikendalikan, aku bisa merasakan kekuatan mereka nyaris setara dengan Diva dan juga Rei, bahkan lebih.
“Aku membuat mereka dari DNA Hanamura Fuyuki, dan hasilnya cukup memuaskan.” Kata Yuzuki sambil tersenyum, “Mereka adalah prototype terbaik dari Proyek RE seratus tahun lalu.”
“Apa yang sebenarnya kau rencanakan?” tanyaku, “Diva ingin menghancurkan Edenia, dan kau… apa tujuanmu?”
“Apakah aku harus benar-benar menjawabnya? Bukankah kalian tahu apa yang sangat kuinginkan?”
Aku menatap Yuzuki lekat-lekat dan mengerti apa yang sangat diinginkannya.
Pembalasan dendam. Sama seperti yang diinginkan Diva.
“Kau ingin membalas dendam karena aku yang membuat kedua orangtuamu terbunuh secara tidak langsung.” tanyaku, “Aku benar, kan?”
“Bukan hanya itu saja, Leia. Aku juga ingin para pemimpin di Edenia merasakan hal yang sama ketika mereka dengan mudahnya memfitnah kedua orangtuaku sebagai Clematis. Mereka tidak tahu apa-apa tentang proyek yang mereka setujui, dan kemudian menyangkalnya begitu saja seolah-olah mereka tidak ada hubungannya dengan semua ini.”
“Kau marah pada mereka.”
“Aku tidak pernah marah, tapi aku membenci mereka.” ujar Yuzuki, “Dan aku bekerja sama dengan Diva juga karena kami memiliki dendam tersendiri pada kota ini, pada penduduknya, juga pada para pemimpin bodoh itu.”
“Tapi, jika tanpa mereka, kota ini tidak akan pernah ada dan kau juga Mizuki tidak akan pernah ada di sini, Yuzuki.” Kata Alice, “Apa yang kau lakukan ini sangat salah.”
“Hanya aku yang boleh memutuskan apakah yang kulakukan salah atau tidak.” balas Yuzuki, “Silakan kalian bermain-main dengan robot-robot kesayanganku sementara aku melakukan pekerjaan terakhirku hari ini.”
“Apa yang akan kau lakukan?”
“Sudah jelas, kan? Menghancurkan Edenia.”

***
Rei’s Side
Pertarungan terus berlanjut, tapi aku tahu ada batas di mana aku, Runa, maupun Diva akan kelelahan. Dan sekarang, Diva-lah yang tampaknya mulai kelelahan. Nyaris beberapa kali dia terkena serangan yang aku atau Runa lancarkan padanya.
Kali ini, Runa berhasil memukul telak Diva dan membuat wanita itu mundur beberapa langkah. Tidak habis dengan itu, Runa menusukkan katana-nya ke tubuh Diva, dan aku tahu, kami berdua sudah menang.
“Rupanya… aku tidak bisa meremehkanmu.” Kata Diva sambil meludahkan darah di mulutnya ke tanah. “Kau benar-benar menjadi sangat kuat. Bahkan lebih kuat dari yang kuperkirakan sebelumnya.”
“Aku harus berterima kasih padamu untuk itu.” balas Runa, “Dan sebagai gantinya aku akan membunuhmu untuk membalas kebaikanmu.”
“Pilihan yang sangat bijak. Tapi, sayang, kau terlambat selangkah.”
“Apa?”
“Pria itu sudah memulai percobaannya.” Kata Diva, “Dia akan menghancurkan Edenia, menggantikan diriku.”
“Pria itu?”
“Apakah aku harus membuatnya menjadi jelas untuk kalian?” Diva tertawa, “Kalian membunuhku, dia yang menggantikanku untuk bertindak. Tapi…”
Mata Diva melirik kearahku sekilas, kemudian kearah Runa.
“… kurasa pria itu tidak akan bisa menggantikanku. Karena dia tidak memiliki satu kunci yang kumiliki.”
“Nah, lepaskan katana-mu sekarang, Fuyuki sayang, dan… bisakah aku minta tolong padamu? Bukan sebagai seorang majikan pada bonekanya, tapi… lebih seperti permintaan.”
“Apa yang ingin kau minta dariku?” tanya Runa, “Apa belum cukup dengan membunuhmu?”
“Tidak… itu tidak cukup… aku punya satu permintaan, jika kau memang menginginkan kematianku, seperti yang kau tunjukkan padaku sebelumnya.” ujar Diva, “Selamatkan… uhuk!!”
Runa melepaskan katana-nya perlahan-lahan dan memegang tubuh Diva yang nyaris ambruk. Aku melihat bibir Diva bergerak-gerak namun tidak bisa menangkap kata-katanya, dan kemudian, kedua matanya menutup, tubuhnya juga tidak lagi bergerak.
Aku menghampiri Runa dan berjongkok di sisinya. Wajahnya tampak datar dan tidak memiliki ekspresi, tapi matanya mengatakan lain.
Ada kengerian tergambar jelas di sana. Kengerian dan juga rasa terkejut.
“Runa, ada apa?”
Runa menggeleng dan meletakkan tubuh Diva dengan hati-hati keatas tanah. Dia lalu menoleh-noleh, lalu menatapku lekat-lekat dan membuatku mengerutkan kening.
“Rei, di mana Leia-san dan Mama?” tanyanya.
“Mereka mencari reactor nuklir yang ingin diledakkan Diva.” Kataku, “Mereka sudah pergi sejak tadi.”
“S, sejak tadi?” tanyanya lagi, “Rei, kita harus cepat-cepat menyusul mereka.”
“Memangnya kenapa? Apa yang dikatakan Diva padamu?”
“Profesor Diva mengatakan padaku… pria itu akan meledakkan reactor nuklir itu bersama dnegan Leia-san dan juga Mama… mereka berdua dalam bahaya. Kita harus menyelamatkan mereka, Rei!”
“Meledakkan Leia dan Komandan? Tapi… tapi siapa pria yang kamu maksud?”
“Yuzuki…”
“Apa?”
“Yuzuki. Nama pria yang dikatakan Profesor Diva bernama Hanazaki Yuzuki.” Kata Runa lagi.
Detik itu juga aku yakin aku membulatkan mataku karena kaget mendengar nama itu disebut.

***
Rei’s Side
Aku meletakkan tubuh Ayano ke dalam mobil. Runa memintaku untuk tidak meninggalkan tubuh Ayano di sana begitu saja dan dia tidak ingin ada orang lain yang mengetahui kalau Ayano adalah kloningnya. Jasad Diva sendiri sudah kami bakar agar tidak ada orang yang bisa menggunakan tubuh dan DNA-nya untuk hal yang sama seperti yang terjadi pada kami.
Aku menutup pintu mobil dan menghampiri Runa yang menungguku tidak jauh dari tempat mobilku berada.
“Kamu sudah menghubungi Alex atau Leon?” tanyanya.
“Sudah, dan mereka memberikanku rincian di mana Leia dan Komandan berada.” jawabku. “Runa, apa benar… nama pria yang disebut-sebut Diva tadi adalah Yuzuki?”
“Ya. Dia bilang pria itu jugalah yang mengambil tubuh Hanamura Fuyuki darinya.” Kata Runa, “Rei, kamu mengenal pria itu?”
“Err… ya.” aku mengangguk, “Dia salah satu dokter yang dipercaya menangani mutasi DNA-ku bersama saudara kembarnya, tapi… aku tidak tahu kalau dia seperti itu.”
Aku menghela nafas dan menggelengkan kepala, “Sebaiknya kita segera pergi. Kalau benar seperti katamu Leia dan Komandan dalam bahaya, kita tidak punya banyak waktu.”
“Mm.”
“Kalau begitu…”
Aku melingkarkan lenganku di belakang punggung dan kedua kakinya, lalu mengangkatnya. Dia sempat memekik dan menatapku bingung.
“Kenapa… kamu menggendongku?”
“Kamu pasti kelelahan karena bertarung dengan Diva. Lagipula aku takut sindrom di tubuhmu malah makin memburuk kalau kamu bergerak lagi sekarang.” kataku, “Jadi satu-satunya pilihanku adalah menggendongmu, kan?”
“A, aku bisa berjalan sendiri. Kamu tidak perlu menggendongku.”
“Tidak apa-apa. Lagipula aku juga sangat ingin menggendongmu.” Aku membalas dengan senyum lebar, “Nah, pegangan yang erat, karena aku akan berlari dengan sangat cepat.”

***
Leia’s Side
Aku menghabisi satu robot lagi dan menarik nafas dengan cepat, kemudian menyerang satu robot lagi. Begitu seterusnya sejak Yuzuki memerintahkan para robotnya menyerangku dan Alice.
“Ini tidak akan ada habisnya.” Kataku, “Kita harus menghentikan Yuzuki sebelum dia melakukan hal yang lebih buruk dari ini.”
“Tapi, bagaimana? Robot-robot ini terus menyerang dan tidak memberikan sedikit celah pada kita.” balas Alice di sebelahku.
“Aku akan memikirkan caranya.” Ujarku.
Aku kembali menyerang satu robot dan menarik nafas. Aku melihat kearah Yuzuki yang sedang mengutak-atik sesuatu di komputernya. Aku mencoba melihat lebih jelas apa yang sedang dilakukannya dan melihat di layar komputer itu terdapat angka-angka yang menunjukkan waktu. Sepertinya dari sanalah Yuzuki akan meledakkan reactor nuklir di sini. Dan… di samping monitor terdapat sebuah kotak hitam yang lebih mirip seperti hard-cover novel…
“Itu tempat untuk meletakkan semua bandul kalung itu.” kataku, “Alice, aku perlu bantuanmu!”
“Apa?”
“Incar kotak hitam itu.” aku menunjuk kotak hitam di dekat layar monitor komputer, “Itu adalah tempat di mana semua bandul itu akan diletakkan.”
Alice melihat kearah layar monitor, dan juga kotak hitam itu. Dia mengangguk padaku dan merentangkan kedua tangannya, menciptakan semacam tombak dari debu yang ada di sekitarnya. Dugaanku tepat, kekuatan Alice memang tepat digunakan di saat seperti ini.
Alice melemparkan tombak itu tepat kearah kotak hitam yang kutunjuk. Tapi bukannya mengenai tepat sasaran, tombak itu justru seakan menghilang begitu saja saat hendak menyentuh kotak hitam itu. Aku menoleh kearah Alice dan melihatnya menggeleng, pertanda tidak tahu.
“Sepertinya kotak itu dilindungi oleh pelindung tak kasat mata.” kata Alice, “Senjataku tidak bisa menyentuhnya.”
“Sial,” umpatku pelan, “Kalau begini bagaimana kita menghentikan robot-robot pengganggu ini?”
Aku melirik kearah inkubator di mana Hanamura Fuyuki yang asli sedang tertidur. Walau sudah lebih dari seratus tahun, wajahnya masih sangat muda, hampir mirip seperti Runa.
Aku menyerang lagi. Kali ini aku harus bisa mendekati komputer itu. Kalau tidak, ya…
… aku akan memikirkan cara lain.
Sial. Kondisi seperti ini tidak akan membuatku bisa berpikir jernih!
Tengah aku memikirkan sesuatu agar kami bisa menang, pintu penghubung tempat ini dan permukaan tiba-tiba terbuka lebar.
Dan… seperti film pahlawan murahan, putra kesayanganku datang, di saat yang benar-benar tepat.
Maaf, bukan berarti aku mau menjelek-jelekkan putraku sendiri. Tapi kalau memang begitu kenyatannya, ya… mau diapakan lagi?

***
Rei’s Side
Sepertinya kami tidak benar-benar terlambat sampai ke tempat ini. Tapi aku melihat Leia dan Komandan sedang sibuk melawan sekelompok robot berpakaian serba hitam sementara Yuzuki tengah sibuk dengan komputer di hadapannya.
Dan aku menebak, apa yang dikerjakan oleh Yuzuki adalah sesuatu yang berbahaya.
“Rei, inkubator itu…”
Aku melihat kearah inkubator di samping komputer dan melihat seorang gadis berambut coklat di dalamnya.
“Hanamura Fuyuki,” kataku.
“Apa yang akan dilakukan pria itu pasti sesuatu yang dimaksud Profesor Diva.” Kata Runa, “Aku akan menghentikan apa yang akan dilakukannya, Rei bantu Mama dan Leia-san.”
“Baiklah,”
Aku menurunkannya dari gendonganku dan dia dengan cepat berlari kearah Yuzuki.
Sementara aku, membantu dua wanita yang penting bagi kami berdua.

0 komentar:

Posting Komentar