Inception
The First Miko and Senshu
“Mulai hari ini kamu adalah Miko yang akan mengawasi permainan ini.
Bersyukurlah karena kamu hanya menerima tugas kecil ini dibandingkan harus mati
karena nyaris dimangsa oleh serigala di hutan saat aku menemukanmu.”
Dia hanya diam
sambil mendengarkan ucapan orang yang berdiri di hadapannya dan menggenggam
kimononya dengan kedua tangan. Matanya menatap lurus kearah badai salju yang
ada di luar sana. Dari jendela tempatnya berada sekarang, dia bisa melihat
dengan jelas butiran-butiran salju yang memiliki banyak bentuk yang beragam.
Matanya memang
bisa melihat hal sedetil apa pun bahkan dalam jarak jauh sekalipun…
Sebelum dia berada
di tempat itu, dia hanyalah seorag gadis kecil biasa. Menerima perlakuan
selayaknya gadis normal, bermain bersama teman-teman, tertawa bersama kedua
orangtua, dan melakukan hal lain yang biasa dilakukan oleh gadis kecil
sepertinya pada umumnya, namun…
… semua itu sudah
berubah. Berkat rambut hitam dan mata birunya yang disebut sebagai ‘Mata
Terkutuk’.
“Ah, dan juga, kamu akan bertemu Soultherm-mu
hari ini.”
Dia menoleh dan
menatap orang itu sambil mengerutkan kening.
“Soultherm?”
“Sebutan bagi orang yang akan berpasangan
denganmu.”
Dia tidak
mengatakan apa-apa dan kembali memandang jendela. Badai salju masih menggila di
luar sana dan dia berpikir tidak akan ada orang yang sanggup melewati badai
salju selebat itu.
Suara pintu
digedor terdengar oleh telinganya.
“Ah, dia pasti sudah datang.”
Orang itu lalu
berdiri dan menuju pintu depan sementara dia sendiri masih diam di depan
jendela. Samar-samar dia mendengar orang itu bicara dengan seseorang dan suara
lawan bicaranya terdengar sampai ke kamarnya.
Tapi toh, dia
tidak peduli. Dia lebih suka memandangi badai salju yang sedang mengamuk di
luar jendelanya.
“Hai,”
Suara itu
membuatnya menoleh dan mengerjap melihat seorang pemuda sedang menatapnya
lekat-lekat dalam jarak yang sangat dekat, bahkan bahu mereka sampai
bersentuhan. Rambut pemuda itu juga berwarna hitam seperti dirinya, tapi
matanya… matanya seperti permata hijau yang lebih mirip lautan dalam.
Sangat jernih…
“Wah… benar apa yang dikatakan King, kamu
sangat cantik! Rambut hitammu juga berkilau, dan matamu… seperti langit biru.”
kata pemuda itu sambil tersenyum lebar.
Dia hanya menatap
pemuda itu tanpa menjawab, masih bingung karena pemuda itu berbicara dengan
sangat cepat.
“Hei, siapa namamu? Namaku Kurogane Kouji.”
“… Shirayuri…” Katanya, mengatakan nama
baru yang diberikan oleh orang yang menolongnya.
“Shirayuri? Namamu sangat manis, cocok
untukmu.” Kata pemuda bernama Kouji itu, “Ah, mulai hari ini kamu dan aku adalah Soultherm, kan? Mohon bantuannya, ya!”
Shirayuri
memiringkan kepalanya sedikit dan mengerutkan kening.
“Ah… kamu tidak mengerti ucapanku, ya?”
Shirayuri
menggeleng.
Kouji tersenyum
kecil dan memegang tangan Shirayuri erat-erat.
“Tidak apa-apa. Aku akan mengajarkanmu
satu-persatu.” Kata pemuda itu, “Sebagai
pelajaran pertama, aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Ayo!”
Shirayuri tidak
sempat menjawab dan hanya bisa pasrah ditarik oleh Kouji yang mengajaknya
keluar dari rumah yang nyaman dan hangat itu ke tengah badai salju yang sedang
mengamuk di luar sana.
****
Like
sparkles light around us
My
song will surrounding you with its light
Sleep
well, my beloved, good night
Once
you close your eyes and fall in a deep sleep
Please
don’t be worry, I’ll be by your side
Sing
this song, a lullaby for you…
Please
sleep well, My Dear,
No
matter what dream you are dreamin’ about,
Don’t
worry, don’t be afraid. I’m here…
With
these lights that will accompany your sleep
Close
your eyes and breath slowly,
Let
your mind set journey to the dreamland…
Shirayuri menyanyikan lagu yang
selalu dinyanyikannya ketika Kouji akan terlelap. Pemuda itu selalu tidur
dengan kepala di pangkuan Shirayuri, di manapun mereka berada dan sedang
beristirahat. Kouji akan selalu meminta dinyanyikan lagu itu dan kemudian
tertidur pulas.
Angin semilir
menghembus dedaunan yang gugur dari pohonnya. Musim panas kali ini terasa
berbeda bagi Shirayuri. Semenjak kedatangan Kouji sebagai Soultherm-nya, entah
kenapa kehidupannya menjadi lebih… berwarna? Mungkin itu kata yang tepat. Sejak
dia dan Kouji bertemu waktu itu, pemuda itu selalu berhasil membuat
hari-harinya yang ia kira bakal membosankan menjadi lebih menyenangkan.
Shirayuri menatap
wajah Kouji yang tidur di pangkuannya dan tersenyum kecil. Dia selalu suka
melihat wajah Kouji yang sedang tertidur. Tampak polos dan seperti anak kecil.
Sangat manis…
“Aku tahu aku memang tampan, tapi terus menatapku
seperti itu adalah tindak kriminal, kau tahu?” kata Kouji sambil membuka
sebelah matanya sambil tersenyum dan membuat Shirayuri tergeragap kaget.
“K-kamu tidak tertidur?” tanya gadis itu
gugup.
“Aku selalu tertidur setiap kali kamu
menyanyikan lagu itu, tapi kali ini aku tidak bisa tidur.” Kouji bangun dan
menguap, lalu menatap daun-daun yang tampak berguguran dengan indah di depan
mereka.
Keheningan yang
tercipta diantara mereka tidak mengusik suasana hati Shirayuri yang saat itu
memang sedang tenang. Gadis itu hanya bersandar di bahu Kouji sambil
memain-mainkan bunga kecil di tangannya.
“Shirayuri,”
“Ya?”
“Kamu mau hidup bersamaku?”
“Apa?”
“Hidup bersamaku. Kita bisa kabur dari tempat
ini dan memulai hidup yang baru.” Kata Kouji, “Aku ingin kamu hidup bersamaku, bukan hanya sebagai Soultherm, tapi
sebagai kekasih yang sebenarnya.”
Shirayuri
mendongak dan melihat wajah Kouji yang terlihat serius. Dia lalu duduk tegak
dan menatap pemuda itu lekat-lekat.
“Apa… kamu serius?” tanya Shirayuri, “Bukankah kamu—kita berdua tidak bisa
meninggalkan tempat ini? Itu peraturan mutlak yang diberitahukan King padamu,
kan?”
“Aku tahu… tapi aku tidak tahan melihatmu
selalu bersedih.” Kata Kouji, “Aku
tahu kamu selalu memasang wajah sedih setiap kali kamu memenuhi permintaan King
untuk memanggil Empat Dewa dan kelelahan setiap kali melakukannya. Aku tidak
suka melihatmu seperti itu.”
Pipi Shirayuri
memanas dengan cepat dan dia memalingkan wajahnya agar Kouji tidak melihat
wajahnya yang memerah.
“Shirayuri, kamu mau kan hidup bersamaku dan
meninggalkan tempat ini?” tanya Kouji.
“Tapi, King—”
“Tenang saja. Dia tidak akan tahu.” kata
Kouji. “Aku akan mengusahakan satu cara
agar kita bisa pergi dari tempat ini. Dan yang menjadi pertanyaannya sekarang
apakah kamu mau pergi bersamaku?”
Shirayuri menatap
Kouji lagi, menatap dalam kearah mata hijau Kouji yang seperti mutiara di dasar
lautan, kemudian mengangguk pelan.
“Ya. Aku mau pergi bersamamu.”
----------
Shirayuri berlari bersama Kouji,
menghindari kejaran para Senshu kiriman
King, yang sekarang mengejar mereka.
Rencana pelarian
mereka agar terbebas dari takdir dalam permainan Shigi tidak berjalan mulus. Entah bagaimana rencana mereka ketahuan
dan akhirnya sampai ke telinga King, yang marah dan menyuruh para Senshu untuk menangkap mereka. Shirayuri
tidak tahu apa yang akan dilakukan laki-laki yang memegang kekuasaan atas
segala hal dalam permainan Shigi itu,
tapi dia tidak akan membiarkan King menangkap Kouji.
“Aarggh!!”
Shirayuri berhenti
berlari dan melihat sebuah anak panah menancap di bahu kanan Kouji. Panah itu
menancap cukup dalam dan membuat langkah Kouji terhenti.
“Kouji!”
Shirayuri berlutut
di sebelah Kouji dan berusaha menyembuhkan luka pemuda itu. Namun dia tidak
sempat melakukannya lebih jauh ketika sebuah tangan menariknya dengan kasar
dari sisi Kouji.
King berdiri di
hadapannya, mencengkeram tangannya dengan begitu keras hingga terasa sangat
sakit.
“Aku sudah memperingatkan kalian berdua agar
tidak memberontak dariku. Tapi kalian melanggarnya.” Kata King, “Bersiaplah menerima akibatnya!”
King mengangkat
tangannya tinggi-tinggi. Di tangannya itu dia menggenggam sebuah pisau kecil
yang tampak tajam dan di gagangnya terukir ukiran bunga krisan. Pisau yang
pernah ditempa oleh Kouji dan mengandung kekuatan yang hanya bisa dikendalikan
oleh King.
Kouji melihat King
akan menikam Shirayuri dengan pisau itu. Ia cepat-cepat bertindak dan
menyelamatkan gadis itu tepat pada waktunya. Mengabaikan rasa sakit di bahu
kanannya, dia membopong Shirayuri menjauh dari King yang menggeram marah kearah
mereka.
“Vermillion! Festialle!”
Dua sosok burung
besar berwarna merah dan biru tiba-tiba muncul dari langit. Kedua burung itu
memekik keras dan membuat para Senshu
yang mengejar mereka berhenti dan menutup telinga. King juga menutup telinganya
karena lengkingan keras dari kedua burung itu membuat kepalanya terasa pusing.
Kouji menggunakan
kesempatan itu untuk kabur. Kakinya dengan cepat berlari meninggalkan tempat
itu, dan membiarkan kedua burung merah dan biru yang dipanggilnya membereskan
segalanya.
****
Kouji menurunkan Shirayuri di
sebuah padang rumput yang cukup jauh dari tempat mereka diserang tadi. Gadis
itu menatapnya dengan wajah pucat, terutama ketika melihat bahu kanan Kouji
masih belum sembuh benar.
“Lukamu…”
“Tidak apa-apa. Sebentar lagi pasti juga
sembuh.” Kata Kouji, “Kamu tidak
apa-apa?”
“Aku… tidak apa-apa. Tapi lukamu akan
bertambah parah jika tidak segera diobati.” Kata Shirayuri.
“Aku sudah bilang ini bukanlah masalah besar.
Tidak perlu khawatir.” Ujar Kouji sambil tersenyum.
Shirayuri terdiam
dan tidak bicara apa-apa lagi. Lama mereka terdiam dan hanya memandangi padang
rumput di hadapan mereka.
“Sekarang… apa yang harus kita lakukan?”
tanya Shirayuri, “Apa kita sudah
benar-benar bebas?”
“Kuharap demikian. Tapi kita masih bagian
dari permainan kematian itu, dan yang pasti posisimu sebagai Miko juga tidak
bisa diubah dan diambil oleh siapapun. Kekuatan Sacrel di dalam tubuhmu tidak
akan berpindah kecuali kamu menginginkannya.” Kata Kouji.
Shirayuri
mengangguk, “Lalu… apa yang akan kita
lakukan agar bisa bebas?”
“Sebenarnya hal itu masih kupikirkan.”
Kata Kouji, “Tapi saat ini aku tidak bisa
memikirkannya.”
“Jadi… kita masih tetap menjadi bagian
permainan itu?”
“Begitulah. Tapi jangan khawatir, aku akan
menemukan caranya agar kita bisa bebas.”
“Aku percaya kok.” Shirayuri tersenyum, “Kouji, beristirahatlah di pangkuanku. Kamu
lelah, kan?”
“Memangnya boleh? Aku tidak ingin mengotori
pakaianmu.”
“Tentu tidak.” kata Shirayuri sambil
menggeleng, “Aku ingin kamu beristirahat
dulu, setelahnya baru kita memikirkan apa yang harus kita lakukan selanjutnya.”
Kouji tersenyum
dan mengistirahatkan kepalanya di pangkuan Shirayuri. Ditatapnya wajah gadis
yang disayanginya itu dan menggenggam tangan mungil yang mengelus rambutnya.
“Shirayuri,”
“Ya?”
“Menunduklah sedikit.”
Shirayuri
menundukkan kepalanya dan Kouji mencium bibir gadis itu.
“Aku mencintaimu.” Kata pemuda itu
sebelum memejamkan matanya dan mulai terlelap.
Shirayuri yang
masih terkejut dengan tindakan Kouji barusan hanya bisa mengerjap dan tersenyum
kecil. Dikecupnya kening pemuda itu dan membisikkan kata-kata yang membuai
Kouji kealam mimpi.
“Aku juga mencintaimu.”
0 komentar:
Posting Komentar