Room 282 : "Aria's Journal"

Di sini adalah tempatku menuangkan semua pikiranku, baik itu novel, cerpen, maupun tulisan lainnya. Semoga kalian semua terhibur dan senang membaca semua tulisan yang ada di blog ini. Happy reading!

Angel's Lullaby - Chapter 17 Bag.2



“Sedang menertawakan apa?”
Haruto menoleh dan melihat temannya, Kay, berdiri di depannya.
“Tidak ada apa-apa. Hanya gambar yang dikirim kakakku.” Jawab Haruto.
“Hmm… kakakmu Reno, kan?” kata Kay sambil duduk di kursi di depan Haruto.

“Siapa lagi kalau bukan dia?” Haruto tersenyum, “Oh ya, apa ada tugas dari guru?”
“Tidak ada guru, buktinya aku bisa duduk di manapun semauku.” Kay tersenyum lebar, “Ngomong-ngomong, bagaimana kabar pacarmu?”
“Pacar?”
“Cewek yang datang ke sekolah bersamamu waktu itu. Rambut panjang, wajah seperti boneka, dan… tubuhnya cukup berisi untuk ukuran anak SMP.”
“Apa otakmu tidak bisa sedikit saja tidak berpikiran kotor?” kata Haruto mengerutkan kening, “Dan jangan komentari bentuk tubuh Arisa. Aku yakin dia tidak akan suka.”
“Ah, jadi namanya Arisa, ya? Dia siswa komplek SMP, kan?”
“Memang.”
“Dan kamu menyukainya? Lalu teman masa kecilmu yang… siapa namanya? Yang mirip dengan nama bibimu yang meninggal itu?”
“Keiko?”
“Ya. Dia.” Kay tersenyum lebar, “Dia cantik juga, lho. Walaupun gaya berpakaiannya seperti laki-laki.”
“Kamu tertarik pada Keiko? Sebaiknya urungkan niatmu.”
“Hah? Kenapa?”
“Dia tidak suka dengan laki-laki lemah sepertimu.”
“Hei!!”
Haruto tertawa melihat wajah Kay cemberut. Dia lalu mengecek ponselnya lagi sebelum memasukkannya ke dalam tas.
“Sepertinya enak ya jadi dirimu, Haruto.” Kata Kay, “Punya ayah pemilik perusahaan management artist, pacar yang cantik, juga prestasi cemerlang.”
“Memangnya kamu tidak seperti itu? Lalu prestasimu di bidang olahraga dan akademik bagaimana?”
“Itu hanya bonus bagiku.”
Haruto hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengarnya.
“Kita pergi ke kantin, yuk. Aku ingin makan yakisoba, nih!” kata Kay.
“Pergi saja sendiri. Aku mau ke suatu tempat sebentar.”
“Mau ke mana?”
“Ke Ruang Musik.”
Haruto lalu berdiri dan berjalan meninggalkan kelasnya. Koridor tampak sepi saat ini karena memang sekarang sedang jam belajar. Dan karena di kelasnya tidak ada guru yang mengajar, lebih baik dia pergi ke ruang music, kan?
Ketika dia melangkah menuju tangga, matanya sempat melihat seseorang yang cukup dikenalnya, Lisa Miller.
Sedang apa dia di komplek SMA? Dan siapa pula yang sedang berbicara dengan gadis itu? Dari seragam yang dikenakan siswa yang bicara dengan Lisa, sudah tentu dia adalah murid dari komplek SMA. Mereka berdua tampak berbicara serius, dan beberapa saat kemudian Haruto melihat mereka berdua seperti mendebatkan sesuatu hingga akhirnya Lisa pergi dengan ekspresi marah. Entah apa yang mereka bicarakan, Haruto tidak mau tahu.
Lebih baik aku tidak mengurusi masalah orang lain. kata Haruto dalam hati.
“Aku harus segera pergi ke ruang music.” Gumamnya sambil menaiki tangga dengan agak terburu-buru.

***

“Sepertinya aku bakal memakan semuanya sekaligus.” Kata Arisa terkekeh ketika melihat makanan yang dihidangkan di atas meja makan.
Reno hanya tersenyum lebar dan melepas celemek yang tadi dipakainya. Arisa cukup kagum dengan cowok itu karena tidak malu menggunakan celemek atau apron di hadapan lawan jenis. Dan terutama, Reno jago memasak!
“Kakak sering memasak di apartemen?” tanya Arisa.
“Kadang-kadang. Aku jarang berada di apartemen dan biasanya sedang dalam tur.” Jawab Reno, “Tapi aku jamin masakanku bisa dimakan dan tidak beracun.”
“Baunya enak…” Arisa tersenyum lebar, “Boleh makan sekarang?”
“Tentu saja.” Reno mengangguk sambil menarik kursi di dekatnya. “Cobalah. Ini semua menu andalan yang biasanya kubuat kalau teman-temanku berkunjung ke apartemen.”
Arisa mengangguk dan duduk di hadapan Reno. Dia mengambil sendok dan mulai menyendok makanan di hadapannya.
“Bagaimana?”
“Enak! Bahkan lebih enak daripada buatan Kak Yuya.” Kata Arisa.
“Apa Yuya biasanya membuat makanan seperti ini juga?” tanya Reno sambil tertawa.
“Hanya ketika hari ulang tahunku. Biasanya Kak Yuya akan membuatkan makanan seperti ini.” jawab Arisa, “Ah, tapi dia juga membuat kue tart.”
“Oh ya?”
“Dibantu Ibu tentunya.” Arisa terkikik, “Kak Yuya tidak terlalu mahir membuat kue.”
“Aku tidak bisa membayangkan kalau ada seorang laki-laki yang pandai membuat kue. Kalau iya, sebaiknya dia menjadi pembuat kue saja.”
Arisa tertawa mendengarnya.
Mereka kemudian memakan makanan mereka sambil bercerita, terkadang diselingi senda-gurau, dan Arisa sekali lagi, merasa tidak bosan kalau Reno menemaninya.
“Oh ya, Arisa,”
“Ya?”
“Bagaimana pendapatmu tentang Haruto? Maksudku soal hubungan kalian sekarang?”

0 komentar:

Posting Komentar