Room 282 : "Aria's Journal"

Di sini adalah tempatku menuangkan semua pikiranku, baik itu novel, cerpen, maupun tulisan lainnya. Semoga kalian semua terhibur dan senang membaca semua tulisan yang ada di blog ini. Happy reading!

RE Part 2 - Chapter 9



Rei’s Side
Aku keluar dari mobil yang dikemudikan Mizuki dan mengernyit ketika melihat puing-puing bangunan yang dulunya adalah panti asuhan tempatku dibesarkan. Tempat ini masih tidak berubah dari yang dulu kulihat setelah dihancurkan oleh Clematis. Ingatan ketika organisasi itu menghancurkan tempat ini membuat hatiku nyeri, dan lagi-lagi aku teringat Runa.

Mizuki menutup pintu mobil dan melepas kacamata hitam yang dikenakannya. Dia menoleh-noleh sambil mengetikkan sesuatu pada alat navigasi di tangannya.
“Lewat sini.”
Aku mengikuti Mizuki menuju ke tengah puing-puing bangunan itu. Kulihat dia berjongkok di salah satu puing bangunan paling besar dan menganggukkan kepalanya.
“Bantu aku menyingkirkan benda ini, Rei.”
Aku segera membantunya menyingkirkan beton yang menghitam itu dan melihat di bawahnya ada sebuah garis yang membentuk kotak, dan… sebuah teralis besi di tengahnya. Mizuki mengelus permukaan teralis besi yang tampak seperti baru itu dan membukanya. Suara berderit dari besi mengingatkanku kalau tempat ini pernah terbakar dan setelahnya ditinggalkan begitu saja hingga sering terkena perubahan cuaca.
Mizuki mengambil senter kecil dari saku jaketnya dan mengisyaratkanku untuk mengikutinya ke bawah teralis besi itu. Di bawah sana terdapat tangga yang cukup untuk dilewati satu orang. Kami berdua menuruni tangga itu dan berjalan dengan hanya penerangan berupa senter yang dibawa Mizuki…
… sebenarnya aku tidak memerlukan senter atau apa pun karena aku bisa melihat dalam kegelapan, layaknya kelelawar dan burung hantu. Tapi Mizuki adalah manusia biasa dan bukannya anggota Raven yang sudah dimutasi DNA-nya.
Semakin ke dalam, kami tidak lagi menemui tangga dan langit-langitnya juga jadi lebih tinggi daripada saat kami masih menuruni tangga. Mizuki tetap berjalan di depanku. Setelah berjalan sedikit lebih jauh, kami sampai di depan sebuah pintu besi yang sudah berkarat di makan usia. Mizuki mengelus pintu itu dan mendorongnya hingga terbuka. Dia lalu masuk ke dalam dan meraba-raba dinding, seperti sedang mencari saklar lampu.
“Bukankah di sini tidak ada listrik?” tanyaku ketika melihat apa yang sedang dilakukannya.
“Tempat ini memiliki listrik, dan ketika membuka pintu teralis besi tadi, listrik di bawah sini juga ikut menyala.” Jelas Mizuki, “Pintu teralis besi itu adalah sensor penanda seseorang masuk dan kemudian mengirimkan sensor itu pada pusat pembangkit listrik di tempat ini.”
“Dari mana kamu tahu hal itu?”
“Karena aku dulu pernah berada di sini.” katanya, lalu menatapku, “Kedua orangtuaku dulu adalah staf laboratorium di sini dan termasuk orang-orang yang bertanggung jawab atas proyek yang sedang ingin kamu cari tahu itu. Aku dan Yuzuki kerap kali diajak orangtua kami kemari.”
“Tapi… aku tidak tahu di sini adalah laboratorium. Bukankah di atas tempat ini adalah panti asuhan tempatku dan Runa dibesarkan?” tanyaku lagi.
“Lihat saja sendiri,”
Setelah mengatakan itu, tempat ini kemudian diterangi oleh lampu-lampu yang menyala di seluruh ruangan. Aku terkejut melihat tempat ini benar-benar laboratorium. Walau tertutup oleh debu dan juga sarang laba-laba, tapi aku bisa melihat beberapa inkubator dan juga meja yang berisi berkas-berkas yang sudah menguning. Di sisi lain ruangan ada sebuah komputer lengkap dengan layar raksasa di atasnya yang tersambung pada kabel-kabel inkubator.
“Ini…”
“Selamat datang di laboratorium pusat Akabara[1].” Kata Mizuki, “Pusat penelitian proyek Realm Exchange.”
Realm… Exchange?”
“Ya. Proyek RE yang kamu cari tahu itu adalah proyek mengenai mengubah manusia menjadi mesin pembunuh yang selama ini kita kenal sebagai Claydoll, dan menjadi awal terbentuknya Clematis dan Raven.”

***
Rei’s Side
“Mengubah manusia… menjadi mesin pembunuh?”
Mizuki mengangguk dan berjalan kearah sebuah meja dan bersandar di sana.
“Proyek Realm Exchange, atau yang lebih dikenal dengan nama RE adalah proyek yang sudah dijalankan lebih dari seratus tahun yang lalu, bahkan sebelum Perang Dunia Ketiga dimulai.” katanya. “Proyek RE adalah proyek yang sebenarnya bertujuan baik, dan bukannya untuk membuat mesin pembunuh Claydoll. Tapi sekitar lima tahun setelah proyek ini dicetuskan, ada pihak yang ingin membuat pasukan tentara agar memenangkan perang yang sedang berlangsung di daerah Timur Tengah. Dan begitu saja, proyek ini menjadi cikal bakal Perang Dunia Ketiga.
“Saat Perang Dunia berlangsung, proyek ini langsung diberhentikan dan semua orang yang berhubungan dengan proyek ini dibunuh. Namun ada seseorang yang berhasil selamat dari pembunuhan yang dilakukan pemerintah pada orang-orang yang berhubungan dengan Proyek RE. Orang itu lalu menyimpan berkas-berkas dan hasil penelitian mengenai proyek itu dan tidak pernah memperlihatkannya pada siapa pun, bersamaan dengan itu muncul organisasi yang menamakan diri mereka Clematis, organisasi criminal yang kita kenal sekarang.”
Mizuki lalu menatapku, “Jika kamu ingin mengetahui lebih dalam, aku tidak bisa memberitahumu, Rei. Itu adalah rahasia selama seratus tahun terakhir. Dan aku sudah berjanji pada kedua orangtuaku untuk tidak menyebut-nyebut soal proyek itu.” katanya.
“Tapi… aku masih belum mengerti. Lalu apa hubungannya denganku?”
“Denganmu?”
“Diva, ilmuwan yang disebut orang-orang sebagai jenius di Clematis itu mengatakan aku adalah percobaan sukses dari Proyek RE.” kataku.
“Ah…” Mizuki manggut-manggut. “Kalau aku tidak salah, ada sebuah file yang berhubungan dengan penelitian dua puluh tahun lalu di rak itu.”
Aku menoleh ke belakang, tepat kearah sebuah rak kecil yang memuat berbagai macam berkas dan folder yang tertutup debu.
“Di sana mungkin ada jawaban yang kamu cari.” Kata Mizuki lagi.
“Dan mengenai percobaan seratus tahun lalu?”
“Kurasa semuanya ada di rak itu.”
Aku berjalan kearah rak itu dan menepis debu tebal yang ada di sana. Kutelusuri setiap folder yang ada di sana dan menemukan folder yang berhubugan dengan penelitian seratus dan dua puluh tahun yang lalu.
Aku mengambil kedua folder itu dan menelitinya sebentar. Pandanganku tertuju pada sebuah tulisan tangan yang tampak tidak asing di folder berkas dua puluh tahun lalu.
… Kujo Hitoshi, 20 Februari 2089. Proyek Realm Exchange.
Itu… nama ayahku.

***
Rei’s Side
Sampai di rumah, aku langsung menuju kamarku dan membuka isi folder yang kubawa. Aku memulainya dari folder berkas seratus tahun lalu.
Berkas-berkas di dalam folder itu sudah menguning dan beberapa terdapat bercak berwarna kecokelatan. Tulisan-tulisannya juga sudah mulai kabur, tapi aku bisa membacanya sedikit-sedikit.
… proyek ini dilaksanakan untuk mengetahui sampai di mana manusia bisa bertahan setelah DNA mereka dimutasi. Beberapa sampel DNA direplika dan diuji coba pada cloning yang diciptakan…
… percobaan berhasil, umat manusia tidak akan lagi menderita penyakit serius dan biaya yang digunakan untuk rumah sakit bisa diminimalisir…
…kesalahan terjadi pada cloning #009… obat penangkal segera dibuat…
Rigmarole Medicine
… proyek dibatalkan. Hasil tidak mencapai standar yang ditetapkan…
“Rigmarole Medicine?”
Aku merasa pernah mendengar tentang ‘Rigmarole Medicine’ sebelumnya. Tapi… kapan?
Aku beralih pada folder berkas dua puluh tahun yang lalu. Ketika aku membukanya, selembar kertas terjatuh dan aku segera memungutnya. Aku tertegun ketika melihat kertas itu adalah kertas foto ayahku bersama seorang wanita berambut perak yang sedang tersenyum kearah kamera sambil menggendong seorang bayi mungil di tangannya.
Aku kenal wanita berambut perak itu.
Itu Leia!
Aku membalik foto itu dan di sana tertera tulisan yang membuatku semakin kaget.
Bersama istriku, Leia dan putra kami yang baru lahir, Rei.
“Leia… Leia adalah… ibuku?”
Aku menatap foto itu lekat-lekat dan menyadari bayi mungil dalam gendongan itu adalah aku.
Aku segera membaca berkas-berkas di dalam folder itu, yang tulisannya masih sepenuhnya bisa terbaca.
Kujo Hitoshi, catatan mengenai Proyek RE
Proyek ini kembali dibuka bertepatan dengan hari jadi Edenia. Tuan Alfredo memintaku untuk membuka kembali proyek yang seharusnya sudah ditutup seratus tahun yang lalu ini dengan alasan keamanan Negara. Clematis dikabarkan kembali muncul, dan kekuatan Raven harus ditingkatkan.
Untuk itu aku mengajak Hanazaki Jiiro dan Karen untuk bergabung. Kami bertiga membuat tim untuk membuka kembali proyek ini secara diam-diam, dari balik bayangan. Namun, kami sedikit kesulitan karena proyek ini dibuka tanpa status resmi, dan kesulitan kami sangat mendasar berupa dana dan peralatan. Untungnya, Jiiro tahu di mana kami bisa mendapatkan peralatan yang memadai. Dia menyarankan kami untuk memakai laboratorium Akabara, laboratorium yang pernah dipakai untuk proyek ini dan tersembunyi di bawah sebuah panti asuhan.
Pekerjaan kami sedikit lebih ringan setelah mendapatkan peralatan yang memadai dari laboratorium Akabara. Masalah dana bisa kami atasi dengan sedikit bantuan dari Tuan Alfredo. Pekerjaan kami yang sebenarnya dimulai di sini. Pertama-tama kami harus membuat Rigmarole Medicine terlebih dahulu, sebagai tindakan pencegahan kalau-kalau ada kejadian tak terduga.
---
Kujo Hitoshi, catatan mengenai Proyek RE
Kami berhasil membuat Rigmarole Medicine, dan sekarang sedang mencari sampel percobaan untuk kami jadikan uji coba pertama kami.
Jiiro menyarankan kami untuk menggunakan hewan seperti kelinci atau tikus sebagai percobaan pertama, tapi aku menginginkan sampel DNA asli dari manusia. Hal ini menjadi perdebatan kami berdua, dan kami nyaris terpecah karena masalah ini.
Kami akhirnya mengambil jalan tengah, yaitu menggunakan DNA kami masing-masing. Setelah percobaan terus-menerus dengan DNA masing-masing, kami menemui titik terang untuk program permutasian DNA anggota Raven agar bisa menang melawan Clematis.
---
Hanazaki Jiiro, catatan mengenai Proyek RE
Dua tahun sudah kami menjadi tim dalam Proyek RE, dan selama ini semuanya berjalan lancar. Kemudian kami sampai di mana kami memerlukan manusia sungguhan untuk menguji coba hasil penelitian kami.
Hal ini kembali menjadi perdebatan antara aku dan Hitoshi. Kami kembali berdebat, dan perdebatan ini seperti tidak ada ujungnya. Aku dan Karen hampir berhenti dari proyek ini ketika Hitoshi mengemukakan ide gila.
Mengorbankan putranya sendiri.
Leia, istri Hitoshi, baru melahirkan seorang putra dan Hitoshi berniat menjadikannya sebagai percobaan pertama proyek kami.
Itu adalah ide gila yang pernah dikemukakan Hitoshi padaku dan Karen, tapi kami tidak bisa berbuat banyak. Kami kekurangan dana dan kegiatan kami mulai tercium sebagai percobaan illegal hingga Hitoshi mulai cemas dengan janji Tuan Alfredo bahwa kami dilindungi oleh Raven. Dengan berat hati aku dan Karen menyetujui rencana Hitoshi.
Awalnya Leia menolak menjadikan putranya sebagai percobaan suaminya, namun setelah dibujuk, akhirnya ia mau menyerahkan putranya untuk dijadikan sampel percobaan pertama. Pekerjaan kami lalu dimulai dari sini. Dan selama beberapa tahun ke depan kami akan memantau perkembangan fisik dan mental putra Hitoshi dan mencatat segala hal yang mungkin menjadi kecacatan dalam proyek ini.
Aku tertegun membaca berkas-berkas itu. Jadi benar aku adalah percobaan sukses dari Proyek RE? Dan ayahku sendirilah yang mengorbankanku, putranya sendiri, untuk dijadikan percobaan.
Samar-samar aku ingat dulu sering diajak pergi ke ruangan asing serba putih dan di sana aku diberi tes-tes yang menurutku cukup aneh.
Ya… aku ingat sekarang. Wanita yang dulu merawatku adalah Hanazaki Karen, ibu Yuzuki dan Mizuki. Aku menganggapnya ibu karena dialah yang paling dekat denganku saat itu.
Tapi, kenapa ibuku sendiri, Leia, tidak merawatku saat itu?
Aku kembali melanjutkan membaca berkas di tanganku dan berharap menemukan jawaban yang kucari. Aku membaca laporan tepat setelah tujuh tahun aku lahir dan ditulis oleh Hanazaki Jiiro.
Hanazaki Jiiro, catatan mengenai Proyek RE
Hari ini Rei dibawa kembali ke laboratorium untuk diperiksa kembali. Setiap sebulan sekali kami memberinya Rigmarole Medicine untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, terjadi. Dan sampai hari ini tidak ada kejadian aneh yang terjadi pada Rei selain tubuhnya yang terbilang cukup tinggi untuk anak-anak seusianya. Leia juga datang bersamanya dan dia sempat mengerutkan kening ketika melihat putranya diberi macam-macam tes di hadapannya.
Aku bisa maklum dengan sikapnya, mengingat dia sebenarnya tidak ingin putranya menjadi kelinci percobaan.
Rei tumbuh menjadi anak yang ceria, tidak kelihatan kalau dia berbeda dari anak-anak kebanyakan. Kami mencatat setiap perubahan yang terjadi padanya selama tujuh tahun terakhir ini dan hasilnya benar-benar luar biasa. Sel-sel di dalam tubuhnya berkembang dengan sangat baik sehingga dia tidak gampang sakit dan mempunyai kemampuan yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya.
Kami tetap menjaga bahwa Rei adalah percobaan pertama kami dari pihak luar selain Leia dan Alfredo Sandreas, pemimpin organisasi Raven. Sejauh ini tidak ada yang tahu Rei menjadi percobaan pertama Proyek RE setelah seratus tahun terakhir tidak pernah terdengar kabar dari proyek tersebut. Aku dan Hitoshi selalu berhati-hati ketika membawa Rei ke laboratorium Akabara.
---
Hanazaki Jiiro, catatan mengenai Proyek RE
Kali ini kami menemukan sesuatu yang mengejutkan. Rei memiliki kemampuan yang tidak pernah dimiliki umat manusia sebelumnya, dia bisa melihat dalam gelap, bahkan tanpa kacamata infrared. Aku dan Karen sempat meneliti kemungkinan kami salah memberikan obat pada Rei, kami juga sudah membicarakan hal ini pada Hitoshi namun tidak mendapat dugaan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Tapi, ini benar-benar sesuatu yang mengejutkan. Kemampuan melihat dalam gelap seperti yang dimiliki Rei dapat kami terapkan pada mutasi DNA anggota Raven. Kami memberitahu hal ini pada Leia, karena dia adalah anggota senior dalam organisasi Raven, dan dia segera menyampaikannya pada Tuan Alfredo.
Ini benar-benar mengejutkan! Kami benar-benar harus berterima kasih pada Rei yang menjadi percobaan pertama kami. Aku akan memastikan namanya dikenang sebagai percobaan proyek pertama yang berhasil.
---
Kujo Hitoshi, catatan mengenai Proyek RE
Ini adalah catatan terakhir. Warga setempat mulai mencurigai kegiatan proyek ini  dan melaporkan kami pada polisi. Saat aku mengetahui hal ini, aku meminta bantuan Tuan Alfredo untuk perlindungan, tapi permintaan ini tidak digubris.
Dan kemudian aku mendapat berita dari Leia bahwa Tuan Alfredo didesak oleh pemerintah Edenia untuk menghancurkan Proyek RE. Entah siapa yang menyebut kalau proyek ini adalah milik Clematis, dan akhirnya memicu warga di Edenia resah hingga menyuruh pemerintah untuk memburu kami sebagai ilmuwan yang bertanggung jawab atas semua ini.
Walau sebenarnya aku sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, aku tidak menyangka ada yang sengaja menghasut kepala pemerintah Edenia dan memutar-balikkan fakta bahwa penelitian yang kulakukan adalah untuk organisasi Clematis.
Aku menyuruh Karen dan Jiiro membawa Rei pergi sementara Leia mencoba memberikan waktu pada kami agar bisa menghancurkan seluruh data yang ada pada komputer dan juga berkas-berkas penting di Laboratorium Akabara. Aku dan Jiiro bekerja secepat mungkin memusnahkan semua data yang ada…
Catatan itu berhenti sampai di situ, dan di bawahnya seperti ada bekas sobekan. Aku mencoba mencari sobekan kertas itu tapi tidak menemukannya. Aneh. Apa ada seseorang yang sengaja menyobeknya?
Tapi… ternyata aku benar-benar percobaan sukses dari Proyek RE yang dibangkitkan ayahku lagi setelah seratus tahun. Aku satu-satunya percobaan proyek itu dan masih hidup sampai sekarang. Aku memiliki kesempurnaan DNA yang lebih dibandingkan anggota Raven yang lain, dan mungkin juga memiliki kemampuan lain yang sebenarnya tidak kusadari sebelumnya.
Tidak heran Leon mengatakan luka-lukaku lebih cepat pulih dibandingkan anggota Raven yang lain. Tidak heran kalau Diva mengatakan aku adalah percobaan sukses proyek terlarang itu.
Tapi, tunggu. Lantas, kenapa Ayano disebut sebagai bagian dari Proyek RE? Apa… apa dia juga…
Bunyi ponsel membuatku tersentak kaget dan aku segera menyambar benda mungil itu dari atas meja.
“Di sini Rei.”
Rei, bisa kamu ke markas sebentar? Kita akan mengadakan rapat.
Suara Leia terdengar di seberang telepon, dan aku harus menahan diri untuk tidak  bertanya tentang kebenaran yang baru saja kudapatkan dari folder yang kubawa dari Laboratorium Akabara.
Dan… ada yang ingin kubicarakan.
“Baiklah. Aku segera ke sana.”
Aku menutup telepon dan membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja. Kuambil kunci mobil di atas meja di dekat tempat tidurku dan segera pergi ke markas.

***
Ayano’s Side
Aku membuka mataku dan mengerutkan kening. Kepalaku terasa sakit seperti dihantam palu besi dengan sangat keras. Aku memegang kepalaku dan merasakan ada perban yang melekat di sana.
“Ini…”
“Kamu sudah sadar?”
Aku menoleh dan melihat Hirano Leia berdiri di samping tempat tidur sambil memegang sebuah benda kecil seperti microchip.
“Apa… yang terjadi?”
“Aku sudah mengeluarkan alat penyadap yang ada di dalam kepalamu.” Katanya sambil memperlihatkan benda yang ternyata memang microchip di tangannya, “Aku yakin ketika Diva membuatmu, dia memasukkan benda ini ke dalam kepalamu sehingga dia tahu apa saja yang terjadi pada dirimu.”
“Jangan mencoba bangun dulu. Kamu harus beristirahat selama kurang lebih dua jam. Itu waktu yang cukup singkat untukmu menyembuhkan diri, apalagi kamu adalah percobaan Proyek RE kedua yang sukses.”
“Proyek RE? Ah, ya… benar juga.” Aku mengangguk-angguk, “Kali ini aku percaya padamu.”
“Terima kasih,” dia tersenyum dan meletakkan microchip itu di atas meja.
Aku menatap langit-langit dan menghembuskan nafas perlahan.
“Sekarang Diva tidak akan mengetahui apa yang terjadi padamu, dan hanya aku yang tahu apa yang terjadi di seluruh Edenia ini.” katanya lagi.
“Bagaimana bisa?”
“Hm? Katakanlah, aku punya akses khusus di sini,” dia menunjuk kepalanya, “Di dalam otakku tertanam microchip yang sama, namun milikku disebut ‘Pengendali’ atau Tracker.”
Tracker?”
“Cara kerjanya mirip sinyal radio. Ketika aku memusatkan pikiranku pada suatu objek tertentu yang juga ditanami microchip yang sama, aku bisa tahu apa yang terjadi pada objek tersebut dan apa yang sedang dilakukannya.” Jawabnya, “Tapi, aku sudah lama tidak menggunakan Tracker-ku, jadi agak sedikit sulit ketika aku mencobanya lagi padamu saat kamu pingsan.”
“Karena itukah Profesor Diva tahu apa yang terjadi padaku? Seperti saat aku mendengar suara Runa Oneesan di dalam kepalaku? Dia memiliki microchip yang sama seperti milikmu?”
“Kira-kira begitulah.”
Aku mengangguk-angguk lagi dan mengerutkan kening, “Tapi kalau begitu, bukankah kau jadi lebih mirip… robot? Seperti senjata biohazard yang diciptakan Clematis?”
“Memang. Namun, aku tetap manusia. Dan walaupun DNA-ku sudah dimutasi, ditingkatkan, dan disempurnakan, aku tetap manusia. Kemampuan Tracker milikku tidak bisa digunakan sesering mungkin, apalagi aku sudah tua, itu akan memakan banyak energiku.”
“Dan bisakah kamu menjaga rahasia dari semua orang kalau aku mengetahui segala hal seperti Diva? Itu akan merepotkan jika ada orang lain yang mengetahuinya. Mungkin mereka akan memburuku dan mungkin melakukan percobaan padaku.”
“Aku tidak bisa menjamin aku akan tutup mulut.” Balasku, yang disambut tawa kecil darinya.
“Aku akan meninggalkan roti dan jus ini di sini. Ketika kamu sudah merasa lebih baik, segeralah mengisi perutmu dan temui aku di ruangan sebelah. Aku dan yang lain akan mengadakan rapat, dan kuharap kamu mau bergabung.”
“Memangnya aku boleh ikut bergabung dalam rapat itu? Bukankah aku musuh kalian?”
“Aku tidak menyangkal hal itu,” dia mengangguk, “Tapi jika benar kesadaran Runa-chan ada padamu… kamu tentu masih ingat apa yang kukatakan sebelum aku mengoperasi kepalamu, kan?”
Aku mengangguk pelan.
“Runa Oneesan akan mati jika dalam waktu kurang dari 24 jam tidak memiliki kesadarannya sepenuhnya.” Kataku.


[1]  Dari kata Aka no Bara yang artinya ‘Mawar merah’.

0 komentar:

Posting Komentar