Sakura tidak tahu apa yang terjadi ketika dia
mendengar suara jeritan yang asalnya cukup dekat dari tempatnya berdiri. Salah
seorang Senshu memegangi kepalanya
dan jatuh terduduk sementara tubuhnya menggigil seperti ketakutan…
… tunggu. Sepertinya memang benar.
“Lihat di atas!”
Semua orang yang ada di sana
mendongak ke atas dan melihat langit yang awalnya tampak gelap berubah warna
menjadi seperti pelangi disertai guntur yang bersahutan.
Sakura yang melihat perubahan warna
langit yang tidak biasa itu juga terkejut. Dia lebih terkejut lagi ketika
melihat Manami seakan-akan berdiri tanpa ada yang menyangganya di langit
terbuka. Laki-laki itu menatap tepat kearahnya sambil tersenyum tipis. Sebuah
senyuman yang membuat perasaan Sakura yang tidak enak menjadi-jadi.
“Keiko, awas!!”
Sebuah benda berat menimpa
tubuhnya, dan dia baru sadar ketika melihat bekas terbakar di tempatnya berdiri
tadi. Minato menyelamatkannya tepat ketika petir nyaris menyambarnya.
“Kamu tidak apa-apa?”
Sakura mengangguk dan melihat ada
lebih banyak petir yang menyambar sementara dia melihat Manami seakan turun
dari langit dan menatap kearahnya.
Perasaan tidak enaknya semakin
menjadi-jadi.
“Minato, aku punya perasaan buruk
soal ini.” katanya.
“Aku juga memikirkan hal yang
sama.”
Minato menatap Neo yang balas
menatapnya dengan kening berkerut. Neo pasti tidak tahu apa yang sebenarnya
terjadi.
“Manami hanya mengincar kita
berdua.” kata Sakura, “Dan kurasa dia mengincarku karena benda ini.”
Sakura menatap pedang pendek di
tangannya, yang sepertinya berkedip lemah dengan cahaya keemasan.
“Sejak kapan pedang ini bersinar?”
kata Minato, “Apa pedang ini…”
“Aku tidak tahu, Minato. Kamu yang
memberikan pedang ini padaku, seharusnya kamu ta—tunggu, ini bukan saatnya
membicarakan hal ini.”
“Benar juga.”
“Kita harus pergi dari sini,
Minato. Aku tidak ingin mereka semua terluka.” Ujar Sakura.
Minato mengangguk. Dia segera
membantu Sakura berdiri.
“Vermillion! Festialle!”
Sakura memanggil kedua Dewa Burung
itu dan memunculkan mereka di hadapannya dalam wujud manusia.
“Lindungi semua Senshu yang ada di sini,” kata Sakura,
“Lakukan apa pun agar mereka semua tetap selamat,”
“Baik.”
Sakura kemudian menggenggam erat
pedang pendek di tangannya dan memejamkan mata.
“Datanglah, Shirushi, Kuroki.”
Dua sosok wanita berpakaian serba
putih dan ungu gelap muncul di hadapan mereka. wanita berpakaian putih itu
menatap kekacauan yang ditimbulkan oleh Manami dan menghal nafas.
“Saya tahu apa yang sedang terjadi,
tapi tidak menyangka akan seperti ini jadinya.” Kata Shirushi. “Apa yang harus
kami lakukan, Miko?”
“Bantu Vermillion dan Festialle.
Aku akan mencoba memanggil Seiryuu.”
“Baik, Miko.”
Sakura hendak menggenggam kembali
pedang pendek di tangannya ketika dia merasakan rasa sakit luar biasa dari
matanya yang terluka. Sebuah desisan terlompat keluar dari bibirnya.
“Keiko, kamu kenapa?”
“Tidak apa-apa. Mataku… hanya
terasa sedikit sakit.” jawab Sakura, “Tapi tidak apa-apa, aku baik-baik sa—”
Ucapan Sakura terhenti ketika dia
melihat sesuatu mengarah kearahnya. Cepat-cepat dia menghindar dari sebuah
serangan yang berasal dari Manami yang sedang berjalan kearahnya.
“Sial.” umpat Sakura, “Sepertinya
kita tidak punya pilihan selain bertarung dengannya di sini, Minato.”
Minato juga melihat Manami yang
berjalan kearah mereka dan mengangguk.
“Kurasa.” Kata Minato, “Kamu
berdirilah di belakangku, aku—”
“Tidak. Biar aku yang menghadapinya
lebih dulu.” Sela Sakura, “Ada urusan yang harus kuselesaikan dengannya.”
“Tapi, lukamu, Keiko—”
“Tidak apa-apa, Minato. Lagipula…
ini permintaan terakhir dari Shirayuri. Aku harus melepaskan Manami dari
permainan ini, dan kita semua akan bebas.”
***
Deuce melihat Ace tampak tenang ketika mereka
pergi ke tempat di mana Tatakatta
berlangsung. Wajah wanita yang sering terlihat sedih itu kini terlihat lebih
datar dari biasanya. Dan biasanya
jika seperti itu, pastilah ada yang dipikirkan Ace.
“Ace, apa kamu baik-baik saja?”
“Tentu. Aku baik-baik saja.” kata
Ace, “Ada apa kamu bertanya begitu?”
“Wajahmu lebih datar dari
biasanya.” Ujar Deuce, “Dan jika kamu berwajah seperti itu, itu artinya kamu
sedang memikirkan sesuatu.”
Ace diam. Dia berhenti melangkah
dan membuat Deuce dan Queen yang mengikutinya juga ikut berhenti.
“Ada apa, Ace?” tanya Queen.
“Aku… aku tidak mungkin bisa ke
sana sekarang.” kata Ace, “Ada sesuatu—seseorang, yang ingin bertemu denganku
terlebih dulu.”
“Apa? Bukankah kita harus
cepat-cepat pergi ke tempat Minato dan menghentikan apa yang sedang berlangsung
di sana?” tanya Deuce, “Apa kamu tidak lihat kalau langit di sana lebih gelap
daripada yang lain?”
“Aku melihatnya.” Ace mengangguk,
“Tapi aku tidak… aku tidak bisa pergi ke sana sekarang.”
“Kenapa?” tanya Deuce lagi.
“Karena aku yang memintanya bertemu.”
Suara itu membuat mereka menoleh kearah
seorang laki-laki muda yang bersandar di dinding tidak jauh dari mereka. Deuce sempat
kaget melihat laki-laki itu berdiri dengan santainya dan tiba-tiba padahal tadi
jelas-jelas dia tidak melihat seorang pun di sana.
“Kamu…”
“Ternyata kamu selama ini mengikuti
kami, ya?” kata Queen, lalu menoleh kearah Ace, “Apa dia yang ingin bertemu denganmu?”
“Ya.” Ace melihat kearah laki-laki itu,
“Dia memintaku bertemu dengannya, untuk membunuhnya.”
0 komentar:
Posting Komentar