Duduk berdua dengan Haruto membuat Arisa
sedikit gugup dan salah tingkah. Walau ibunya menyetir di kursi depan, tetap
saja, Arisa merasa seperti… entahlah. Dia sulit menjelaskannya.
Apalagi posisinya yang sekarang
sedang menyandarkan kepala di bahu Haruto. Arisa yakin, wajahnya akan memerah
(atau sudah memerah?) seperti tomat rebus.
“Beristirahatlah,” kata Haruto
sambil mengelus rambutnya. “Kalau sudah sampai, aku akan membangunkanmu.”
Sayangnya Arisa sedang tidak ingin
beristirahat, apalagi dengan posisinya yang seperti ini.